Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Cara Menyiasati Pergeseran "Dine-in" ke "Take Away" dalam Usaha Kuliner

Diperbarui: 18 Juni 2021   04:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Dine In di restoran oleh stokpic dari pixabay.com

Sementara pelanggan menyendok kuah panas dari mangkuk, seorang pedagang bakso di depan pasar Santa, Jakarta Selatan, sibuk melayani pesanan. Kemudian, pria itu menyerahkan lima belas bungkus bakso panas, seraya memberikan satu bungkus ekstra kepada sang kurir.

Begitulah cara penjual bakso itu menjamu setiap kurir kantor yang banyak terdapat di sekitarnya. Itu kiat pemasaran yang membuat dagangannya laris, selain pengaruh tempat strategis, produk disukai, pelayanan gesit, dan keramahan dalam pelayanan.

Ilustrasi Dine In di restoran semangkuk bakso (dokumen pribadi)

Sebuah fine dining restaurant menyediakan hidangan mewah, interior megah, dan pelayanan personal dari waiter/waitress nan ramah bagi pelanggan. Meski makanan minuman berharga aduhai, pengunjung senantiasa melimpah saat jam makan siang dan malam.

Bisnis kuliner di atas, baik yang kecil maupun besar, menggambarkan penerapan strategi peningkatan penjualan.

Baca juga: "Relationship", Faktor Penentu Keberhasilan Usaha Kuliner

Maka cara-cara pemasaran klasik dalam usaha makanan minuman meliputi:

  1. Pemilihan lokasi strategis. 
  2. Penyediaan produk disukai atau berkualitas.
  3. Pengenalan hidangan dari mulut ke mulut maupun melalui promosi.
  4. Kemampuan membuat perbedaan (make a difference).
  5. Keramahan dalam pelayanan.
  6. Interior dan suasana di dalam yang menyenangkan.
  7. Kecepatan dalam menyediakan (deliver) makanan minuman kepada pelanggan.

Masing-masing atau gabungan dari unsur di atas membentuk ciri khas yang meneguhkan positioning sebuah bisnis kuliner.

Baca juga: Pentingnya "Make a Difference" dalam Bisnis Kuliner

Namun perkembangan pandemi yang belum diketahui ujungnya, pelan-pelan menyingkirkan pendekatan offline tersebut. Semakin hari semakin bertambah orang mencari makanan minuman secara daring. 

Saat ini kekhasan seperti, lokasi, rancangan interior, pelayanan, dan seterusnya tidak lagi menjadi unique selling

Bertahap terjadi pergeseran perilaku pencarian kuliner, dari kebiasaan Dine-in ke arah Take Away.

Dine-in adalah kegiatan menikmati hidangan secara langsung di tempat, baik di atas trotoar maupun di kesejukan restoran. Takperlu repot, segalanya sudah ada yang menyiapkan dan membereskan. 

Sedangkan take away -kadang disebut take out- merujuk kepada kegiatan pelanggan yang tidak makan di tempat, dengan membungkus makanan minuman untuk dibawa pulang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline