Menurut pengamat, fenomena budaya politik kekuasaan telah disodorkan ke mata dan pikiran rakyat melalui kesibukan para pemimpin memperkokoh bangunan dinasti politik di negeri ini.
Dinasti politik mengacu pada praktik dimana kekuasaaan politik diwariskan oleh anggota keluarga dari seorang tokoh politik yang berkuasa atau pernah berkuasa.
Mengacu pada definisi tersebut, maka Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dan Megawati bisa disebut sedang membangun dinasti politik.
SBY turun tangan mengusahakan pencalonan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam dalam dua kali Pilpres, 2019 dan 2024.
Tidak tangung tanggung, pada April 2018, SBY turun gunung melakukan safari politik ke seluruh kabupaten atau kota yang ada di Jawa Barat.
Dalam kunjungannya, SBY mempromosikan putra sulungnya AHY yang sedang dipersiapkan menjadi calon wakil presiden (Cawapres) pada pemilu 2019.
Waktu itu AHY menjadi bintang baru dalam politik. Namanya diperbincangkan sejak mundur dari militer lalu terjun ke politik. Ia masih muda. Ayahnya, SBY, adalah presiden RI ke-6 sekaligus pemilik Partai Demokrat.
Bahkan, meski kalah telak pada Pilkada DKI Jakarta 2017, AHY tetap tak dibiarkan surut, diupayakan terus beredar dalam orbit politik elite. Kemudian, namanya beredar di sejumlah partai, ditawarkan sebagai calon wakil presiden 2019. Semua ini berkat peran bapaknya.
Kemudian pada 2024, SBY juga menyokong AHY agar dapat maju dalam kontestasi Pilpres. Menurut SBY, bahwa Partai Demokrat di bawah kepemimpinan AHY sangat kuat, solid.
Bahkan, SBY melihat AHY dan jajaran memiliki komitmen serta visi misi kerakyatan yang luar biasa.
Pada 2022, mempersiapkan Pilpres 2024, partai-partai politik mulai menimbang calon yang akan diusung dalam helat politik lima tahunan tersebut. Seperti SBY mengelus-elus AHY, Megawati pun mempercantik Puan Maharani.