Lihat ke Halaman Asli

Diorama Kota di Pagi Hari

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

barangkali surga hanya hadir di pagi hari
pengamen kecil itu mengipas-ipas lembaran limapuluhan ribu
sebelum akhirnya masuk warung kucing memesan nasi dan segelas air teh

Tuhan, tentu tak memanjakan pagi, hingga orang-orang mengiranya hedonisme
hanya berumur sesaat sebelum matahari mengangkang congkak di tengah
senter langit

sejatinya Tuhan menggiring kaki dan tangan menjemput seutas tali, alat tangkap,
keranjang atau sekop untuk membawa sebongkah rizki-rizki itu, agar dipinggirkan
dari keramaian jalan, lalu dirayakan bersama, mirip pesta anggur  warga hedonis
yang tinggal di istana -istana angin yang memabukkan

hari ini peristiwa para pencari rumput basah berkumpul
mereka tak serta merta membentangkan spanduk,mewakili warga kota
yang miskin, yang tak selalu bisa makan pagi, atau para buruh yang
sudah kehilangan akal logikanya, karena dikiranya demo yang mengutuk-ngutuk
orang lain itu tidak butuh laporan pertanggungjawaban

"Itu kolusi sama juga dengan korupsi, jika menerima uang kok tak dilaporkan
jumlahnya, bukan persoalan besar kecilnya  uang, tapi cara memperlakukan kejujuran itu"
pesan korlap, yang setiap pagi selalu mengganti ikat kepala yang dikenakannya

kota semakin ditelan dengan tumpukan dioramanya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline