Lihat ke Halaman Asli

Keberadaan Meme Politik Menjelang Pemilu 2019 sebagai Sarana Komunikasi Massa di Dunia Maya

Diperbarui: 5 Desember 2018   00:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

LATAR BELAKANG

Pemilu atau Pemilihan Umum merupakan sebuah proses yang biasa dilakukan di negara-negara yang menganut asas demokrasi sebagai ajang bagi rakyat untuk memilih calon-calon presiden dan anggota legislatif untuk beberapa kurun waktu periode ke depan. Pemilu dilakukan secara berkala pada beberapa kurun waktu tertentu dan prinsipnya diatur oleh konstitusi-konstitusi yang berlaku di negara tersebut. Jadi bisa dibilang walaupun prosesnya hampir mirip di setiap negara demokrasi, namun aturan-aturan yang berlaku dalam pemilu tersebut bisa saja berbeda dari satu negara dengan negara lainnya.

Proses pemilu sendiri cukup sederhana. Pertama-tama para calon-calon kandidat presiden atau anggota legistlatif mendaftarkan diri mereka. Setelah terdaftar para rakyat akan memilih salah satu dari mereka sesuai dengan kehendak masing-masing pada saat pemilu. Setelah selesai, jumlah suara yang mereka dapat dari rakyatpun akan dihitung dan siapapun dengan perolehan suara terbanyak menang dan berhak memperoleh kursi kedudukan yang sedang diperebutkan. Tentunya untuk memperoleh suara dari rakyat, seorang calon presiden atau anggota legislatif harus melakukan suatu tindakan atau usaha demi memperoleh dukungan suara sebanyak-banyaknya dari rakyat. Tindakan atau usaha inilah yang biasa kita sebut dengan kampanye. Kegiatan kampanye inipun bermacam-macam. Mulai dari memasang poster, baliho, dan banner di jalan raya sampai gang-gang kecil pemukiman penduduk, mengadakan acara atau program bakti sosial, menggelar acara hiburan untuk para rakyat, hingga mungkin bagi-bagi suap.

Di tengah era terbuka seperti saat ini, para pendukung setia mereka juga ikut andil dalam mengkampanyekan calon-calon presiden atau wakil rakyat mereka. Tentu saja cara mereka dalam ikut serta mengkampanyekan calon-calom Presiden tidak semegah dan semewah bagaimana calon-calon Presiden mengkampanyekan diri mereka sendiri. Meskipun begitu, pengaruh dari kampanye mereka tidak bisa dianggap remeh. Biasanya para pendukung para Pasangan Calon tersebut menyuarakan kampanye dan dukungan lewat media sosial mereka masing-masing. Tidak hanya lewat status, namun banyak juga yang menyuarakan lewat foto, video, sampai meme. Berbagai macam hal yang mereka pos di dunia maya tersebut tidak hanya menyuarakan soal dukungan terhadap calon-calon mereka, namun juga ejekan atau sindiran terhadap "kubu sebelah" dari calon yang mereka dukung.

Ditambah belakangan ini, dimana situasi politik sedang panas-panasnya menjelang Pemilu Presiden 2019, dunia maya diwarnai dengan berbagai kemunculan meme, video kampanye hingga tulisan-tulisan bertagar antar pendukung masing masing calon. Seperti salah satunya meme "politikus sontoloyo" yang awalnya merupakan ungkapan rasa jengkel yang dilontarkan oleh Presiden Joko Widodo terhadap ulah politikus politikus yang mengadu domba, fitnah, dan memecah belah untuk meraih kekuasaan. Pernyataan tersebut ia suarakan saat acara pembagian 5.000 sertifikat lahan di Lapangan Sepakbola Ahmad Yani, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Hal ini pada akhirnya menjadi sebuah "blunder" yang menyebabkan munculnya kritik oleh beberapa pengamat serta lawan politiknya sebagai hal yang tak seharusnya keluar dari lisan seorang Presiden. Tak hanya sampai disitu, kata "sontoloyo" juga menjalar ke media meme sebagai bentuk respon dari masyarakat luas atas diksi kontroversial tersebut, bentuknya berupa gambar parodi yang berisi sindiran, satire, atau hal-hal lucu mudah dipahami oleh pengguna sosial. Meme sontoloyo ini muncul dari kedua kubu, baik dari pendukung Jokowi yang menujukan meme ini sebagai bentuk mengkritisi lawan politik Jokowi maupun kubu oposisi yang membalikan kata "sontoloyo" untuk mengkritisi Jokowi.

Kemunculan meme sendiri sering menimbulkan pro dan kontra tersendiri di kalangan masyarakat luas. Apalagi jika hal tersebut sudah menyangkut dengan Pemilu Presiden, yang notabenenya merupakan pemilu terbesar yang akan menentukan nasib bangsa Indonesia selama 5 tahun ke depan. Fenomena meme pada Pemilu Presiden menjadi contoh bahwa media sosial membawa dampak perubahan interaksi tidak hanya di level individu melainkan juga di level yang lebih besar. Visi misi hingga sejarah perjalanan karir masing-masing calon tidak lagi dipaparkan secara konvensional. Para pendukung masing-masing calon membangun kekuatan massanya melalui media sosial dan saling mempromosikan calonnya.

PEMBAHASAN

Istilah meme pertama kali diperkenalkan oleh Richard Dawkins dalam bukunya yang berjudul "The Selfish Gen" (1976). Istialah meme menurut Richard Dawkins mengacu pada mutasi sebuah gen dalam mereplikasi dan menggandakan diri. Menurutnya, meme adalah bentuk transmisi budaya melalui replikasi ide, gagasan, yang merasuk ke dalam kognisi manusia. Meme menjadi fenomena baru di dunia maya seiring dengan meningkatnya pengguna media sosial di Indonesia. Meme kemudian muncul sebagai wahana hiburan bagi para netizen (masyarakat dunia maya) karena sifatnya yang mengandung parodi dan sindiran yang lucu terhadap sebuah peristiwa. Meme diciptakan melalui proses replikasi dan modifikasi dari foto/gambar atau video yang dilengkapi teks berisi berbagai macam pesan tertentu yang ditujukan bagi pihak-pihak tertentu atau masyarakat luas.

Di Indonesia, meme sangat dekat dengan pengguna jejaring sosial dengan isi tentang keadaan atau kejadian di sekitar masyarakat dan dibuat menjadi sesuatu yang sifatnya hiburan. Jenis – jenis meme yang sedang popular yaitu : meme sindiran, meme percintaan, meme motivas i,meme joke, dan meme politik. Meme dapat berisi kritik , ungkapan, dan sindiran terhadap sesuatu dan divisualkan melalui photo atau komik dengan tambahan teks di dalamnya sebagai penguat akan tujuan meme itu sendiri. Orang Indonesia lebih suka melakukan cara itu karena lebih menghibur dan lucu. Fenomena meme itu juga tak jarang menuai protes dari berbagai pihak yang dirugikan atau sekelompok orang yang peduli terhadap seseorang yang dijadikan bahan pembuatan meme.

Dampak dari penggunaan meme dalam media sosial sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam menyikapi keadaan sekitar. Semua orang dapat melihat meme dengan mengakses smartphone atau komputer yang terhubung dengan internet. Gambar yang dihasilkan dari meme dapat membuat seseorang tertawa karena lucu atau malah marah ketika melihat meme yang  berupa sindiran dan kritikan terhadap dirinya atau seseorang yang diidolakannya. Ketika seseorang tertarik melihat meme tersebut maka ia akan berupaya membagikan atau me-repost ulang ,sehingga akan mudah tersebar.

Untuk mengkaji meme politik sebagai bagian dari media massa, maka perlu diketahui juga adanya beberapa karakteristik penting dari komunikasi massa seperti yang disebutkan oleh John Thompson (1995: h. 26-28), diantaranya ; (1) "Terdiri dari metode teknis dan institusional produksi dan distribusi" - Ini terbukti sepanjang sejarah media massa, dari cetak hingga internet, yang mana masing-masing cocok untuk utilitas komersial. (2) Melibatkan "komodifikasi bentuk simbolik" - karena produksi bahan bergantung pada kemampuannya untuk memproduksi dan menjual sejumlah besar karya; karena stasiun radio bergantung pada waktu mereka dijual ke iklan, begitu juga surat kabar bergantung pada ruang mereka untuk alasan yang sama (3) "Konteks terpisah antara produksi dan penerimaan informasi". (4) Ini "mencapai mereka yang jauh 'dalam waktu dan ruang, dibandingkan dengan produsen". (5) "Distribusi informasi" - bentuk komunikasi "satu ke banyak", di mana produk diproduksi secara massal dan disebarkan ke sejumlah besar khalayak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline