Lihat ke Halaman Asli

Riduannor

TERVERIFIKASI

Penulis

Puisi: Bangkrut

Diperbarui: 23 September 2025   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi puisi bangkrut, seekor Bangau tua di tepi sawah diolah menggunakan Canva untuk Kompasiana (Dokumen pribadi)

Kalau jatuh itu sunyi, maka bangkrut adalah gema yang tak punya dinding.

Di meja tua, angka-angka gugur
seperti daun yang tak sempat pamit pada musim.
Nota, janji, dan kopi dingin
menjadi saksi bisu:
bahwa harapan pun bisa kehabisan saldo.

Celoteh bangau tua, di tepi sawah
Bangkrut! Bangkrut! Bangkrut!
rapalan jadi kenyataan, bila diulang-ulang
Di aminkan dewi Sri, di dengar para Malaikat

Bangkrut bukan cuma soal uang,
kadang ia datang sebagai kehilangan arah,
sebagai toko yang tutup di dalam dada,
sebagai tanya yang tak laku dijawab.

Namun di reruntuhan itu,
ada ruang yang tak pernah dijual:
ruang untuk jujur,
ruang untuk mulai lagi,
ruang untuk tahu bahwa nilai tak selalu terletak pada untung.

Jadi aku duduk,
di antara kuitansi dan kenangan,
menulis ulang neraca hidupku:
dengan cinta sebagai modal,
dan keberanian sebagai laba.

Samarinda, 23 September 2025
Riduannor

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline