Lihat ke Halaman Asli

el lazuardi daim

TERVERIFIKASI

Menulis buku SULUH DAMAR

Labuhan Haji, Dari Pelabuhan Menuju Kawasan Wisata Andalan

Diperbarui: 25 Maret 2023   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pantai Labuhan Haji. Foto: https://www.kompasiana.com/kompasianerlombok

Berkunjung ke kawasan wisata tidak hanya untuk menyaksikan keindahan destinasi yang dikunjungi. Tapi juga sekalian mengulik dan mengenang sejarah masa lalu tempat yang dikunjungi. Seperti yang baru saja para Kompasianer Lombok beberapa hari yang lalu.

Ya, Kompasianer Lombok baru saja menggelar event Community Story bertajuk Kolom History Trip. Pada event ini para kompasianer diajak mengunjungi dua tempat wisata penting di Lombok Timur, yaitu Taman Tugu dan Pantai Labuhan Haji.

Nama terakhir, Pantai Labuhan Haji, menjadi topik yang cukup menarik untuk dibahas. Tidak saja karena daya tariknya sebagai kawasan wisata. Tapi juga karena sejarah panjang dari pantai yang berlokasi di kecamatan Labuhan Haji, kabupaten Lombok Timur ini.

Sesuai namanaya yang diawali kata Labuhan maka Labuhan Haji dahulunya merupakan sebuah pelabuhan. Tempat bersandarnya banyak kapal-kapal besar dari dalam dan luar negeri.

Sejarah Labuhan Haji sendiri cukup panjang, sudah dimulai sejak abad 16 Masehi dimana saat itu masih bernama Sisik. Kala itu Labuhan Haji berada di dalam kekuasaan kerajaan Islam Selaparang dan difungsikan sebagai melakukan transaksi dagang dengan para pedagang luar yang datang ke Lombok, khususnya dari Cina.

Selanjutnya, seiring dengan pergantian kekuasaan, Labuhan Haji sempat berada dibawah pengawasan kerajaan Karang Asem Bali hingga kemudian dikuasai kerajaan Mataram Lombok.

Pada masa pendudukan Belanda, Labuhan Haji dijadikan sebagai tempat memberangkatkan jamaah haji. Dan kokon sejak itu nama Sisik mulai berganti menjadi Labuhan Haji.

Pada masa itu orang-orang masih menggunakan kapal layar untuk berangkat ke Mekah dengan durasi perjalanan mencapai tiga bulan. Para jemaah haji asal Lombok itu biasanya menumpang kapal dari Maluku atau Sulawesi yang mana selanjutnya mereka terus berlayar ke pulau Jawa hingga akhirnya berlayar mengarungi Samudra Hindia menuju Laut Merah.

Pada masa setelah kemerdekaan, Labuhan Haji terus berkembang sebagai pelabuhan penting di kawasan timur Indonesia. Hingga tahun 1960-an banyak dijumpai kapal-kapal besar dari dalam dan luar negeri bersandar di sini. Namun pada masa-masa berikutnya seiring  dengan kehadiran pesawat terbang, keberadaan Labuhan Haji mulai ditinggalkan.

Tak ada lagi kapal-kapal besar yang datang merapat. Selanjutnya, Labuhan Haji hanya menjadi tempat persinggahan bagi kapal-kapal kecil seperti kapal tongkat pengangkut batu bara atau kapal-kapal nelayan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline