Lihat ke Halaman Asli

Hermansyah

Praktisi Kesehatan

Pulang Kampung, Rumah dan Halaman

Diperbarui: 16 Mei 2023   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Annira bersama nenek dan sepupunya (dokpri)


Pulang kampung menjadi sebuah keharusan bahkan sudah menjadi tradisi bagi sebagian besar masyarakat kita di tanah air, apalagi di moment tertentu seperti bulan ramadhan, hari natal dan tahun baru, setelah lelah dengan kehidupan merantau di perkotaan, daerah lain maupun negara luar, untuk belajar sebagai pelajar atau mahasiswa, bekerja memperbaiki nasib dan mewujudkan cita-cita, maka moment pulang kampung adalah moment yang paling di nantikan, berkumpul dalam kehangatan keluarga.

Dan hal ini berlaku juga bagi saya, setiap tahun selalu di agendakan untuk pulang kampung, bersua dan memecah celengan rindu dengan keluarga, kedua orang tua, kakak, adik, keluarga besar, teman-teman sekolah dan para tetangga.

Adalah sebuah dusun kecil di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), tepatnya dusun Kuta Rasabou, kecamatan Hu'u kabupaten Dompu. Tempat lahir, tumbuh dan berkembang, tanah leluhur yang mengenalkan tentang dunia dan kehidupannya, tempat dimulainya perjalanan hidup, bermimpi dan menancapkan cita-cita hingga sejauh ini.

Sebuah tempat yang sulit saya deskripsikan dalam kata-kata, jutaan kisah dan kenangan telah terangkai dan membersamai di setiap helasan nafas dan kedipan mata, yang sampai detik ini, setiap kisah dan kenangannya masih terekam jelas dalam ingatan.

Foto : Annira bersama neneknya (dokpri)

Dan perjalanan perantauan ini dimulai saat mengeyam pendidikan di bangku sekolah menengah, tepatnya di SMKN 1 Woja Dompu, tiga tahun hidup ngekos memberikan pelajaran hidup yang berharga, walaupun jarak kampung dengan sekolah hanya 2 jam saja, namun karena jarang pulang, maka anak perantauan tersematkan pada saya saat itu.

Setelah lulus, kemudian lanjut pendidikan tingkat perguruan tinggi di Makassar, sebuah kota metropolitan Indonesia Timur, hampir 8 tahun di Makassar mengenyam pendidikan S1-S2, setelah lulus kemudian lanjut menjadi tenaga kontrak di tingkat kementerian kesehatan hingga saat ini.

Melalangbuana diberbagai daerah dan provinsi di Indonesia karena penugasan, mulai dari Kalimantan, Maluku Utara, Jawa,  Sulawesi Tenggara sampai Sulawesi Tengah yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan dalam hidup, hal ini tentu saya menikmatinya, karena jiwa perantau itu sudah tertanam dalam diri saya sejak menempuh pendidikan di SMKN 1 Woja Dompu.

Foto : Annira bersama sepupu-sepupunya (dokpri)

Dalam perjalanan perantauan ini, selain melihat keindahan desa, kota di berbagai daerah, mengenal serta belajar banyak hal dari kultur dan budaya setempat, juga akhirnya menemukan tambatan hati (jodoh) yang menemani hingga saat ini, dan ini merupakan jalan yang Allah sudah tentukan, dan akhirnya menetap dan hidup di keluarga baru di Kolaka Utara Sulawesi Tenggara.

Namun dari perjalanan perantauan yang hampir 14 tahun ini, setiap tahun selalu pulang kampung, baik saat masih sendiri maupun sudah bersama istri, dan sekarang Alhamdulillah tambah si buah hati, yang melengkapi dan membawa tawa dalam perjalanan pulang kampung.

Dan lebaran tahun 2023 ini adalah salah satu moment pulang kampung yang menggembirakan, sekaligus mengenalkan si kecil pada nenek, kakeknya, paman, tante, bibi, sepupu dan keluarga besar bapaknya, yang menjadi keluarga baru baginya, selain itu mengenalkan kampung halaman tempat bapaknya lahir dan memulai segalanya.

Foto : Annira bersama kakek dan sepupunya (dokpri)

Melihat jalan, rumah, sungai, gunung, laut dikampung akan merekam kembali ingatan ke masa lalu, potongan dan serpihan kisah dan cerita masa kecil seketika terkumpul kembali dalam ingatan, seolah kita kembali ke masa itu, melihat orang tua yang tersenyum membawa haru biru dan kedamaian, yang secara bersamaan rasa lelah, capek dengan kehidupan seketika hilang. yaa ... begitu indahnya perasaan anak perantau yang sekali-kali pulang kampung.

Suasana rumah dengan segala kehangatannya menerima tidak pernah berubah sedikitpun, yang sedikit berbeda hanya suasana kampung, sudah tambah ramai, rumah baru berdiri dimana-mana disudut kampung , ini artinya sudah banyak keluarga baru dan populasi bertambah, dan banyak anak-anak muda baru yang nongol dan nongkrong didepan rumah, padahal itu sebenarnya adalah keponaan dan anak dari keluarga dikampung.

10 hari berada dan merayakan lebaran idul Fitri di kampung bersama ke dua orang tua, kakak, adik dan keluarga besar sungguh tidak terasa, waktu begitu cepat berlalu, dan tiba saatnya harus kembali merantau bersama keluarga kecil, menjalani hidup yang terus berjalan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline