Lihat ke Halaman Asli

Purwanto (Mas Pung)

Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Bulan Ramadan Bulan Refleksi

Diperbarui: 1 April 2023   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar. Flyer Berbagi Takjil (Dok.Pri)

Benar yang dikatakan orang bijak, "Manusia memengaruhi lingkungan, bukan lingkungan memengaruhi manusia" Setiap bulan Ramadan aktivitas para pendidik dan peserta didik di sekolah kami berbeda. Tidak seperti bulan biasanya. Aktivitas kami, baik pendidik maupun peserta didik dipenuhi dengan gagasan bagaimana mengisi hari-hari dengan tindak perbuatan baik, Bulan Ramadan, bulan refleksi kebaikan.

Sebagai sekolah swasta umum yang berciri Buddhis, sekolah kami memiliki tenaga pendidik yang beragam kepercayaan, Buddha, Islam, Kristen dan Katolik. Peserta didik di sekolah kami pun demikian. Mayoritas Buddha kemudian Muslim, Kristen, Katolik dan Konghucu.

Setiap pendidik dan peserta didik mempunyai kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing. Malahan bukan hanya itu, kami juga merayakan hari besar keagamaan semua agama di sekolah. Termasuk bulan Ramadan yang merupakan bulan suci bagi umat Islam menjalankan ibadah puasa.

Mengisi setiap hari dengan kebaikan adalah pembiasaan di sekolah kami, apa lagi bulan Ramadan. Setiap pendidik dan peserta didik bersama-sama membangun pembiasaan kebaikan Ramadan. Aktivitas kebaikan yang menjadi cara kami memaknai momen Ramadan adalah sebagai berikut.

1. Meja Bersih dari Makanan sebagai Bentuk Hormat kepada yang Berpuasa

Di ruang guru, kami mempunyai meja panjang. Hampir setiap hari di atas meja ini selalu ada makanan kecil. Tapi berbeda selama bukan Ramadan. Meja bersih. Sebuah simbol kebersihan hati yang sedang dijalani teman-teman muslim. Pendidik non muslim yang tidak berpuasa, temasuk saya, tidak makan di ruang guru. Kami ada satu ruang kecil tertutup yang digunakan oleh pendidik untuk makan. Dan anehnya, saya perhatikan, pendidik yang makan di ruang ini tidak bersama-sama, melainkan sendiri-sendiri. Ini sungguh menciptakan ketidakmencolokan. Bukan himbauan tetapi kesadaran masing-masing individu.

2. Membangun Solidaritas Berbagi Takjil

Semangat solidaritas adalah hasil dari pelatihan, bukan keterampilan yang muncul begitu saja. Ini penulis yakini. Karena itu, kami punya pembiasaan satu hari satu kebajikan.

Lihat juga: Praktik Baik di Sekolah Membangun Rasa Empati dan Solidaritas Siswa 

Nampaknya pembiasaan ini menjadi semangat yang membentuk karakter peserta didik. Pada minggu awal bulan puasa, pengurus OSIS datang kepada saya mengungkapkan gagasan untuk mengadakan kegiatan berbagi takjil kepada para driver ojek online, petugas sekuriti dan pemulung di sekitar sekolah. Oh, ya pengurus OSIS kami terdiri dari peserta didik yang beragam agama dan kepercayaan.  Mendengar gagasan ini, tentu saja saya sangat mendukung. Saat artikel ini ditulis, mereka sedang menggalang dana dari peserta didik. Mereka ingin berbagi kebaikan kepada masyarakat marginal. Sebuah bentuk amal kasih dan solidaritas yang mencerminkan bulan pengampunan, bulan membersihkan hati dengan tindakan kebaikan kepada sesama,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline