Lihat ke Halaman Asli

Benny Eko Supriyanto

TERVERIFIKASI

Aparatur Sipil Negara (ASN)

Berapa Ongkos Pulang - Pergi Kerjamu Setiap Hari? Saya Cuma Jalan Kaki dari Rumah Dinas

Diperbarui: 13 Agustus 2025   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Tinggal di rumah dinas disamping kantor (Foto: Dok.Pribadi)

Berapa ongkos pulang-pergi kerjamu setiap hari?
Pertanyaan itu sering kali menjadi pembuka obrolan di ruang kantor, di warung kopi, bahkan di media sosial. Bagi sebagian orang, jawabannya adalah angka yang cukup besar: ada yang menghabiskan belasan ribu rupiah per hari, bahkan hingga ratusan ribu dalam seminggu. Apalagi jika jarak rumah dan kantor berjauhan, ditambah macet, bensin mahal, dan ongkos transportasi umum yang kian naik.

Namun, bagi saya, jawabannya cukup singkat: nol rupiah.
Bukan karena saya bekerja dari rumah atau menggunakan sepeda motor dinas atau mobil dinas dari kantor, melainkan karena saya tinggal di rumah dinas yang letaknya tepat disamping kantor. Setiap pagi, saya cukup berjalan kaki beberapa langkah, menyeberang halaman, dan sampailah di ruang kerja.

Keuntungan yang Nyata: Hemat Uang dan Waktu

Kantor saya berada di KPPN Watampone, Kabupaten Bone. Rumah dinas saya berada disamping kantor di Jalan Agus Salim Nomor 7, masih dalam kompleks yang sama. Tidak ada ongkos transportasi, tidak ada antrian SPBU, tidak ada drama macet di jalan.
Jika dihitung, penghematan ini cukup signifikan. Misalnya, jika rata-rata orang mengeluarkan Rp20.000 per hari untuk transportasi, maka dalam sebulan (22 hari kerja) mereka menghabiskan Rp440.000. Dalam setahun, jumlahnya bisa tembus Rp5 juta. Angka sebesar itu, jika dialihkan untuk kebutuhan lain, tentu sangat bermanfaat.

Bagi saya, penghematan ini punya makna lebih. Saya bisa mengalokasikan biaya transportasi yang "tidak jadi keluar" untuk pulang ke rumah di Makassar. Jarak Kota Watampone--Kota Makassar memang tidak dekat, namun biaya perjalanan pulang-pergi beberapa kali dalam sebulan masih lebih ringan dibanding ongkos harian yang harus dibayar oleh mereka yang tinggal jauh dari kantor.

Ketenangan yang Tak Tergantikan

Tinggal di rumah dinas juga memberi ketenangan batin. Tidak ada kecemasan telat akibat hujan deras atau motor mogok di tengah jalan. Saya bisa memulai hari dengan santai: menyeruput kopi pagi, membaca berita, lalu berangkat kerja hanya dalam hitungan menit.
Ketenangan ini berdampak langsung pada produktivitas. Energi yang biasanya habis di jalan, kini bisa digunakan untuk fokus bekerja. Bahkan, di luar jam kerja, saya punya lebih banyak waktu untuk beristirahat atau mengurus hal pribadi.

Konsekuensi dan Tanggung Jawab Moral

Meski terdengar ideal, tinggal di rumah dinas juga membawa tanggung jawab tersendiri. Fasilitas ini diberikan negara untuk menunjang kinerja, bukan sekadar untuk kenyamanan pribadi. Artinya, saya harus memastikan keberadaan saya di dekat kantor benar-benar memberi nilai tambah.
Kedekatan lokasi memudahkan saya merespons panggilan mendadak, lembur jika dibutuhkan, atau membantu rekan kerja yang membutuhkan bantuan di luar jam kerja normal. Ini menjadi semacam konsekuensi moral: jika sudah dimudahkan, maka tidak ada alasan untuk menunda atau mengelak dari pekerjaan.

Refleksi: Nilai yang Lebih Besar dari Sekadar Uang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline