Lihat ke Halaman Asli

Bayu Samudra

TERVERIFIKASI

Penikmat Semesta

Salah Hitung Gaji Berdampak pada Aksi Protes Karyawan, Apa Tindakan Pemimpin?

Diperbarui: 15 Februari 2021   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mengkalkulasi gaji karyawan (foto dari gaji.id)

Dek Berta, gajiku iki sakbenere piro. Teng layang perusahaan iku ditulis limang juta. Lah kok aku entok telung juta seperapat. Nangdi sak juta telu prapate? Keleru ngetong, opo piye iki? 

Lah, wong aku mung tanda tangan lo. Ana surat gaji, yo tak tanda tangani. Duwek caer. Terus ditompo awakmu, Cak Marto. Seng ngetung kabehe gaji, yo bendahara. Aku mung nyaerno, seng katulis ning surat gajimu. Masalah kleru ora, ya dudu urusanku. Coba mbok tangletke Bu Tedjo. De e kan bendahara ne.

Berdasarkan masalah yang terjadi tersebut, mengenai kekeliruan salah hitung gaji karyawan atau kekeliruan finansial, baik berhubungan dengan aset pendapatan organisasi, aset kekayaan organisasi, dan kewajiban organisasi dalam menyediakan honor atau gaji karyawan adalah tindakan tidak memenuhi salah satu unsur dalam bekerja, yakni ketelitian dan kehati-hatian. 

Mulai merembet nangdi-endi wes. Pokok masalah duwek, mesti lek gak gaji kleru utawa aset katutan nang dunyone dewe. Mesti, ngunu kae.

Seorang karyawan, baik di bidang apapun jabatannya maupun pemimpin harus memiliki prinsip ketelitian dan kehati-hatian, mulai dari perencanaan hingga evaluasi kinerja organisasi tak kecuali dalam bidang penganggaran atau keuangan.

Kejadian keteledoran dalam menghitung jumlah honor atau gaji karyawan yang dilakukan oleh pihak internal organisasi, sejatinya dapat disebabkan oleh kesengajaan atau memang kekeliruan sejak awal. 

Alhasil apabila karyawan menerima gajinya, mereka beranggapan bahwasanya perusahaan atau organisasi tersebut, membayar gaji karyawan sangat rendah bahkan dibawah upah minimum kerja pada suatu daerah tersebut. Sehingga akan memantik api perselisihan dan perpecahan di antara kubu karyawan dengan pengusaha atau pengelola perusahaan. 

Hal ini tentu berdampak buruk terhadap kinerja organisasi, sebab akan mengurangi kepercayaan karyawan atau orang lain dalam bekerja terhadap organisasi tersebut, akibatnya cukup sulit untuk menghilangkan stereotip atau pandangan bahwasanya suatu perusahaan dapat memberikan jaminan kesejahteraan bagi karyawannya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, seorang pemimpin adalah penanggung jawab penuh terhadap jalannya organisasi dan tata kelolanya, sebab pemimpin memegang peranan penting dalam struktur keorganisasian. 

Dalam organisasi, pemimpin memiliki kekuasaan dan kewenangan. Pemimpin pula dapat memantau motivasi seluruh anggotanya bahkan seluruh karyawan organisasi untuk memberikan segala daya upaya (baca: jiwa dan raganya) demi kemajuan bersama. Maju organisasinya, sejahtera karyawannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline