Lihat ke Halaman Asli

Irham Bashori Hasba

Sekilas Tentang Irham Bashori Hasba

Ikhtiar Melipat Jalan Pangan, Semoga (Refleksi Catatan Lapangan Daulat Pangan #3)

Diperbarui: 15 Oktober 2020   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Hari ini saya Kembali berkesempatan berinteraksi dengan ibu-ibu dan bapak-bapak di salah satu kota penghasil sayur mayur dan kebutuhan pokok di Jawa Timur, disamping kemarin di kota sebelahnya. 

Sama seperti kemarin, saya tidak banyak merasakan terik matahari yang menyengat, disamping karena daerah yang saya kunjungi adalah wilayah lereng pegunungan yang dingin -- bahkan sempat muntah lahar dingin, juga hujan mulai mengguyur dengan intensitas yang cukup deras. 

Tak peduli dengan kondisi apapun, saya wajib jalan memutari kampung dan pematang -- sebenarnya dipaksakan karena sasaran responden saya memang di sawah. Saya bertemu dengan Pak Wid dan Bu Mugiran yang profesinya sebagai petani sayuran dan bahan pokok yang dikonsumsi sehari-hari. 

Ada Kol Kubis, Jagung, Timun, Buncis, Wortel, Kentang dan tak luput pula Cabe (bahan yang hampir pasti ada disetiap dapur rumah tangga masyarakat Indonesia). 

Maka menjadi tuntutan dan tantangan bagi saya untuk andil membantu mereka mengerjakan pekerjaan bertani karena saya ingin banyak berbincang, menyerap informasi, sekaligus tidak ingin mereka terganggu dan terkesan formal. 

Banyak hal yang saya perbincangkan dengan mereka, mulai dari bagaimana cara menanam yang baik sampai kemana semua hasil panen ini berujung. Salah satu perbincangan saya begini "Pak, Buk, kemana jenengan menjual semua hasil pertanian ini?" 

Dengan penuh semangat, mereka menjawab "Ada yang ngambil mas, disini banyak pengepul-pengepul bahan hasil pertanian. Mereka sudah puluhan tahun menjual ke kota mas. Ya ke Malang, Surabaya, bahkan ke Jakarta. Sampeyan pasti kalau pulang dari sini nanti akan salipan dengan truk dan pick up pengangkut barang-barang ini" 

Saya mengamini penuturan mereka karena memang kami berpapasan dengan banyak kendaraan pengangkut bahan pokok.

Sekian lama berbincang, saya Kembali bertanya "cabe ibu ini dibeli berapa per kilo nya bu?" Mereka menjawab dengan setengah lesu "Cabe saat ini harganya lumayan masih 7000 mas per kilonya, biasanya sampai hanya seribu saja per kilo. Kalau wortel dan sayur sejenis dibawah 5000 perkilo, kecuali kentang yang saat ini harganya 8000 perkilo". 

Dengan penuh serius saya mendengarkan sembari mengigat kata-kata mereka agar nanti ketika tidak berbincang saya catat di handpone. Saya kemudian bertanya lagi "kalau gabah berapa sekarang pak" Pak Wid menjawab spontan "ponakan saya kemarin jual 350.000 per kwintal mas, ya 3500 per kilo lah". 

Saya hanya melongoh mendengar pitutur demi pitutur mereka semua. Setelah cukup lama Bersama mereka, kami memutuskan Kembali ke rumah pak wid untuk istirahat, makan dan bersiap untuk pulang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline