Lihat ke Halaman Asli

Bang Nasr

Nasruddin Latief

Munafik

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ketika masuk pesantren dulu di kelas satu MTS (setingkat SMP) semua santri sudah diajarkan mahufuzhat. Secara harfiyah artinya adalah hafalan. Namun, memang harus dihafal selain juga pelajaran-pelajaran yang lain. Mahfuzhat adalah kata-kata mutiara yang berisi motivasi, peringatan, pemberi semangat dan lain sebagainya yang menjadi pegangan hidup - kemudian - setelah dewasa baru menyadarinya. Tentu saja banyak sekali kumpulan mahfuzhat tersebut. Diantara yang kemudian populer atau dipopulerkan oleh buku Negeri 5 Menara seperti "Man Jadda Wajada, Man Shabara Zhafara dan Man Yazra Yahshud, dan lain sebabaginya.

Diantara mahfuzhat yang menjadi prinsip hidup saya - dan juga mahfuzhat lainnya - adalah mahfuzhat yang bersumber dari sabda Baginda Nabi Muhammad saw mengenai ciri-ciri orang munafik. Selengkapnya bunyinya adalah, 'Ayatul munafiki tsalatsun; Iza Hadatsa kazaba, wa iza wa'ada akhlafa wa iza'tumina khana'. Artinya adalah, "Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. Pertama, apabila dia berkata, dusta (bohong); kedua, apabila berjanji, inkar (tidak menepati janjinya) dan ketiga apabila diberi amanat, dia khianat". Kemudian mahfhuzat tersebut diperkuat lagi dengan firman Allah 'Innal munafikina fiddarkil asfali minannar" (Sesungguhnya orang-orang munafik itu tempatnya (nanti di akherat) di neraka yang paling dalam (atau menjadi keraknya neraka)".

Alhamdulillah mahfhuzat tersebut masih terngiang-ngiang di telinga hingga saat ini dan juga menjadi pedoman hidup. Apalagi kemudian - tentunya sesuai dengan perkembangan waktu- mengetahui sebagaimana diungkap dalam firman Allah dalam Al-Qur'an di mukaddimah Surah Al-Baqarah ayat 1-20 dimana ditegaskan bahwa orang-orang munafik akan kita temui sepanjang dunia masih ada dan belum kiamat dan paling banyak orangnya diantara tipe-tipe manusia lain yaitu Muttaqin dan Kafir. Jadi, orang kafir saja masih lebih sedikit ketimbang 'orang-orang munafik'. Munafik ini bisa jadi ada di semua agama dan keyakinan.

Makanya, dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui, baik di lingkungan kerja, masyarakat (lingkungan rumah), pergaulan keseharian  dan lain sebagainya betapa banyaknya 'orang-orang munafik yang bercirikan tiga tanda tadi. Banyak bohong, banyak gak tepati janji dan banyak  yang mengkhianati amanah.

Jika jabatan - apapun jabatan tersebut, baik besar maupun kecil, dari tingkat presiden, wakil presiden, gubernur dan wakil gubernur, bupati, walikota, camat, lurah dan jabatan-jabatan publik lainnya sebagai amanah - banyak kita dapati orang-orang yang mengkhianatinya, termasuk - paling banyak contoh terang benderangnya - janji-jani ingin dipilih ketika berkampanye. Wuah ini yang paling nyata dan jelas. Siapapun dan apapun yang ingin diraih untuk mendapatkan jabatan, mulai dari yang paling tinggi seperti Capres dan Cawapres, Cagub-Cawagub, Caleg dan bahkan Calur (Calon Lurah) atau Cades (Calon Kepala Desa) semuanya mengumbar janji. Namun, setelah terpilih, hampir semuanya menjadi 'orang munafik". Caleg-caleg yang mengaku - dalam kampanyenya pro-rakyat- juga tidak beda. Betapa, ternyata dunia telah terbolak balik. Kejahatan - sifat-sifat kemunafikan sudah tidak ditakuti lagi, padahal ancamannya nanti akan menjadi kerak noraka.

Saya tentu tidak menyebut siapa-siapa orangnya. Semua sudah terang benderang ternyata kita kebanyakan adalah kelompok munafik - meminjam judul buku penulis terkenal Mesir Ihsan Abdul Quddus "Azizati, kulluna lushush", "Kasih, kita-kita ini maling semua" yang memang sudah ditegaskan oleh Allah akan menempati posisi terbanyak di dunia ini walau kelak menjadi kerak neraka. Nauzubillah.

salam damai,

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline