Lihat ke Halaman Asli

APOLLO_ apollo

TERVERIFIKASI

Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Presiden dan Ubermensch

Diperbarui: 28 September 2019   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: dokpri

Presiden, dan Ubermensch

Dikutib dari   KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menuding aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa telah diambil alih oleh para perusuh yang ingin menggagalkan pelantikan anggota DPR hasil Pemilu 2019 pada 1 Oktober mendatang.

Tidak hanya itu, Wiranto bahkan menuding para perusuh itu ingin menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih hasil Pemilu Presiden 2019 atau Pilpres 2019 pada 20 Oktober 2019. 

"Kelompok yang mengambil alih bukan murni lagi mengkoreksi kebijakan. Mereka ingin menduduki DPR dan MPR agar tidak dapat melaksanakan tugasnya," kata Wiranto dalam konferensi pers di kantor Kemenko Polhukam pada Kamis (26/9/2019).

Maka melihat dan membatinkan kondisi kekinian seorang pemimpin atau presiden memerlukan mental yang melampuai. Ada banyak kajian dan tulisan yang memungkinkan pembahasan ini. 

Pada tulisan di Kompasian ini saya meminjam pemikiran Nietzsche yang saya anggap relevan dengan kondisi ketidakpastian dan Negara penuh risiko bahkan mendekati [chaos]. Ramuan dan pemikiran Nietzsche bisa diambil kepala Negara agar Indonesia bisa menjadi lebih baik kedapannya.

Dilahirkan di Rocken dekat Leipzig, Jerman, Friedrich Nietzsche (1844-1900) tumbuh dalam keluarga yang religius, dengan ayahnya menjadi pendeta Lutheran. 

Pada tahun 1849, keluarga itu pindah ke Naumburg setelah kematian ayah Nietzsche, dan   saudara perempuannya Elisabeth  dibesarkan oleh ibu, nenek, dan dua bibi.

Friedrich muda unggul di sekolah dan, pada usia hanya 24, Nietzsche menjadi profesor filologi klasik di Universitas Basel  orang termuda yang pernah ditunjuk untuk posisi itu. 

Selama di Basel, Nietzsche menulis karya-karyanya yang pertama, Kelahiran Tragedi dan Manusia, Manusia Terlalu Manusia  Seiring berjalannya waktu, kesehatannya menurun, dan Nietzsche meninggalkan  karier akademisnya dan hidup sebagai manusia penyendiri [soliter].

Setelah mengundurkan diri dari posisinya di Basel pada tahun 1879, Nietzsche menghabiskan sebagian besar tahun 1880-an dalam pengasingan, tinggal di Swiss, Prancis dan Italia. Selama periode inilah ia menulis karya-karya terkenal seperti Thus Spoke Zarathustra dan Beyond Good and Evil

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline