Lihat ke Halaman Asli

Bagus Adnan

Mahasiswa

Tan Malaka: Perjuangan Sang Revolusioner yang Dikhianati Sejarah

Diperbarui: 9 Maret 2025   16:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tan Malaka ketika muda  (sumber: Shutterstock)

Alam Jiwa Tan Malaka, tokoh revolusioner yang namanya sering kali tenggelam dalam sejarah resmi, lahir pada 2 Juni 1897 di Padang Gadang, Minangkabau, Hindia Belanda. Nama aslinya adalah Ibrahim Malik. Ayahnya, Rasad, merupakan seorang petani, sedangkan ibunya, Rangkayo Sinah Simabur, berasal dari keluarga priyayi yang terpandang di desanya.

Sejak kecil, Tan Malaka telah menunjukkan kecerdasan luar biasa. Pada usia tujuh tahun, ia telah menghafal Al-Qur’an dan diberi gelar Datuk oleh engkunya. Ia kemudian mengenyam pendidikan di Kweekschool, yang setara dengan SMA Bukittinggi. Pada tahun 1912, berkat dorongan gurunya, G.H. Horensma, Tan Malaka melanjutkan pendidikan ke Rijkskweekschool di Haarlem, Belanda.

Di Belanda, ia mulai tertarik dengan pemikiran kiri setelah membaca buku-buku komunisme. Ketika uang sakunya mulai berkurang, ia terpaksa berpindah tempat tinggal dan bergaul dengan kaum proletar. Di sana, ia dianggap sebagai “Eropa Inlander” atau pribumi Eropa. Selain menekuni pendidikan, ia juga gemar berolahraga dan bermain futsal. Namun, kesehatannya mulai menurun, hingga akhirnya ia berhasil menyelesaikan studinya ldan meraih gelar sebagai guru juru tulis.

Kembali ke Tanah Air: Antara Gelar dan Perjuangan

Sekembalinya ke kampung halaman, Tan Malaka disambut oleh para engkunya yang menyarankannya untuk menikahi seorang gadis priyayi. Namun, ia diberikan pilihan: menikah atau menerima gelar kebangsawanan. Tan Malaka memilih gelar dan diberikan nama Datuk Ibrahim Malik Sutan Tan Malaka.

Ia kemudian menerima tawaran Dr. C.W. Janssen untuk mengajar anak-anak buruh perkebunan di Sanembah, Tanjung Morawa, Deli, yang kala itu dikenal sebagai surga bagi kapitalis, tetapi neraka bagi kaum proletar. Dari Desember 1919 hingga Juli 1921, ia mengalami berbagai peristiwa yang membuka matanya terhadap ketidakadilan sosial. Baginya, pendidikan bukan sekadar alat mencerdaskan bangsa, tetapi juga sarana perjuangan politik. Ia merumuskan tiga tujuan pendidikan: mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, dan memperhalus perasaan.

Selama di Deli, ia menghadapi empat permasalahan utama:

  • Diskriminasi rasial antara kaum pribumi dan Eropa.
  • Minimnya akses pendidikan bagi kaum buruh.
  • Terbatasnya kebebasan pers di surat kabar lokal.
  • Hubungan yang kompleks antara dirinya dan buruh perkebunan.

Semangat radikalnya semakin berkobar ketika ia menyaksikan ketimpangan sosial yang terjadi akibat monopoli perdagangan oleh kaum imperialis.

Semarang, Kota Merah: Awal Kiprah Politik Tan Malaka

Semarang dikenal sebagai “Kota Merah” karena menjadi pusat gerakan buruh dan sosialisme. Di sana terdapat markas VSTP (Vereeniging Van Spoor en Tram Personeel), serikat pekerja kereta api yang didirikan pada 1904 dan dipimpin oleh Semaun. Selain itu, ada juga PKI (Partai Komunis Indonesia) yang sebelumnya bernama ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging), didirikan oleh kaum sosialis revolusioner Belanda pada 1914.

Ketika Tan Malaka tiba di Semarang pada 1922, PKI tengah berkembang pesat di bawah kepemimpinan Semaun. Organisasi ini memiliki majalah Het Vrije Woord atau Suara Rakyat, yang terakhir dipimpin oleh Darsono. Di sisi lain, terdapat pula Nationale Indische Partij (NIP) yang dipimpin oleh tokoh-tokoh pergerakan seperti Douwes Dekker (Setiabudi), Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara).

Saat itu, aksi revolusioner terus mendapat hambatan dari pemerintah kolonial Belanda. Sarekat buruh mengalami represi, kebebasan berbicara dan berdemokrasi dibatasi, serta hak istimewa tetap berada di tangan Gubernur Jenderal Belanda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline