Lihat ke Halaman Asli

Ayu SittaDamayanti

Seorang ibu rumah tangga jebolan ilmu hukum, pecinta sastra dan parenting

Ibu Pejuang Kehidupan

Diperbarui: 25 Desember 2021   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wanita karir adalah impian saya semasa muda. Lulus kuliah tepat waktu dari sebuah universitas negeri di Jawa Tengah dengan predikat memuaskan lalu bekerja di perusahaan besar dengan jenjang karir yang jelas telah saya jalani. Saya pikir hidup saya telah sempurna, hingga tiba pada fase hidup menjadi seorang ibu. 

Sulitnya menemukan pengasuh yang tepat di daerah perantauan jauh dari sanak saudara tentulah menjadi masalah besar saat itu. Terlebih pekerjaan saya dan suami menyita banyak waktu diluar rumah.  Berangkat kerja saat anak masih tertidur, dan pulang ke rumah ketika anak telah terlelap, membuat waktu anak lebih banyak dihabiskan bersama sang pengasuh. Menjadi masalah besar ketika pengasuh tak seirama dengan aturan yang kita buat untuk menjaga tumbuh kembang anak. Dari jam bermain, jam makan, jam belajar, waktu beribadah, menu makanan dan minuman, hingga adab dalam bertingkah laku. 

Seperti pertaruhan besar meninggalkan buah hati bersama pengasuh seorang diri. 

Saya adalah contoh ibu yang melepaskan karir berkantor di luar rumah karena tak sanggup melewatkan tumbuh kembang anak barang sejenak. 

Seperti takdir, semua berjalan mengalir begitu saja. Mendapati anak balita tetangga yang dibentak pengasuh hanya karena sedang tidak nafsu makan, atau mendengar cerita rekan kantor ketika anaknya sakit yang  disebut dalam tidurnya adalah nama pengasuhnya. Akhirnya keputusan besar dalam hidup harus diambil. 

Waktu berjalan dengan cepat, sama dengan anak yang tumbuh dengan cepat. Terkadang memunculkan hasrat berkarir diluaran tumbuh kembali, kenyataannya tak semudah itu untuk kembali ke dunia kerja setelah resign lumayan lama. 

Sampai pada akhirnya saya menyadari, berkarir tak selalu harus meninggalkan anak sendirian di rumah. Bukankah para ibu yang berbisnis catering, menjadi penjahit rumahan, penulis lepas juga berkarir? 

Banyak jalan meraih impian, menjadi wanita dengan pekerjaan di KTPnya tertera ibu rumah tangga bukan berarti tertutup jalan sukses baginya. 

Mengasah keahlian dan berani memulai bisnis rumahan juga adalah pilihan yang bijak untuk menyeimbangkan antara keluarga dan karir. 

Wanita terlahir kuat dan hebat, semua mampu menjalani perannya dimanapun ia berada. Berkarir untuk dirinya tanpa melupakan peran utamanya sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya.

Pilihannya pastilah yang terbaik untuk keluarganya juga. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline