Lihat ke Halaman Asli

Ayom Budiprabowo

Bersyukur dan berpikir positif

Kiat Mengelola Pasar Ikan Parung

Diperbarui: 14 Maret 2020   03:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Oleh : Ir. Ayom Budi Prabowo, M.Si *)

 

Pasar ikan Parung Kabupaten Bogor merupakan pasar tradisional ikan hias dan benih ikan konsumsi yang terkenal, baik di tingkat nasional maupun internasional.  Hal ini karena bagi  pelaku usaha perikanan maupun penggemar ikan hias,  pasar ikan Parung unggul  dalam hal kualitas ikan, jumlah ikan dan keanekaragaman jenis ikannya. 

Selain itu, di pasar tersedia juga pakan ikan, peralatan dan asesoris akuarium, seperti pompa air, tanaman hias, akar tanaman dan kelengkapan  "aquascape" lainnya. Sedangkan untuk distribusi atau pengiriman  ikan disiapkan jasa kargo. 

Berbagai jenis ikan air tawar dijual di pasar ini dengan harga grosir yang relatif murah, seperti ikan cupang, koki, discus, manfish, neon tetra, guppy, corydoras, black gosht, red nose tetra, botia, lohan, rainbow, silver dollar dan perot. Juga tersedia benih ikan gurame, lele, mas, patin dan nila. Ikan tersebut umumnya berasal dari sentra budiaya ikan setempat dan dari daerah lain di Kabupaten Bogor.  

Beberapa jenis ikan, seperti ikan buster, koi dan komet dibawa dari Cisaat Kabupaten Sukabumi oleh pembudidayanya selaku pedagang di pasar tersebut.  Dan masih banyak lagi jenis ikan lainnya yang dijual  pedagang  asal luar daerah. 

Pembeli datang dari pelbagai daerah, diantaranya Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Banten, Sumatera Selatan, Lampung dan Bengkulu yang umumnya merupakan pedagang pengecer, pemilik depo ikan dan  eksportir ikan hias, dimana nantinya akan dijual kembali. Juga ada pehobi ikan hias sebagai pembeli.

Jika berdasarkan keleluasaan pendistribusian komoditas, maka pasar ikan Parung termasuk jenis pasar nasional, bahkan internasional karena ikan hias dari pasar ikan Parung dikirim hingga ke negeri jiran, China dan Jepang.

Menurut Pak H Damo, awal berdirinya Pasar ikan Parung dirintis oleh pedagang ikan yang berjualan di pinggir jalan parung  pada  tahun 1985. Namun kemudian seiring dengan berjalannya waktu, para pedagang ikan sepakat membangun  pasar tersendiri di tanah keluarga pak H Damo seluas 5.000 m2 tahun 2002/2003.  Lalu secara bertahap fasilitas pasar dibenahi melalui swadana dan mempersilahkan pedagang ikan luar daerah untuk berjualan di pasar tersebut. 

Sekarang pasar ikan Parung punya 270 lapak yang terisi penuh pedagang sesuai kapasitas antara 1-5 pedagang  per lapak.  Jumlah semuanya sekitar 400 pedagang.  Setiap kali pasar buka pada  hari senin, kamis dan sabtu, mulai  dari "bada dzuhur" sampai  malam hari, senantiasa keadaan pasar ramai pengunjung. Menurut pak Uceng, salah satu pedagang  asal sukabumi, omzet  setiap kali buka  antara  Rp.10.000.000,- sampai Rp. 12.000.000,-. Diperkirakan perputaran uang di pasar ikan  seluruhnya  mencapai  4 miliar rupiah.

Pasar ikan Parung  berfungsi dengan baik yang ditandai dengan terjadinya transaksi jual beli antara pedagang dan pembeli atas komoditas atau jasa. Kedua belah pihak mendapatkan keuntungan dan kepuasan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline