Saya ingin bercerita sedikit tentang bagaimana saya pertama kali mengenal Sheila on 7, jujur bukan dari kesadaran penuh sebagai pengemar. Waktu itu saya sering mendengar lagu Seberapa Pantas dari sinetron yang saya suka. Liriknya sederhana, enak didengar dan mengambarkan tentang sinetron tersebut. Tapi saat itu saya hanya tau kalau lagu tersebut dinyanyikan oleh Sheila on 7 karena membaca diakhir setelah sinetron tersebut berakhir. Namun entah kenapa, potongan liriknya tetap menempel dokepalaku hingga bertahun tahun.
Waktu berjalan. Saya tumbuh, selera musik sering berubah dan banyak band baru yang bermunculan. Nama Sheila On 7 sempat menghilang begitu saja dari pikirku. Sampai akhirnya, bertahun-tahun kemudian, dunia maya mempertemukanku lagi dengan Sheila On 7 lewat Dan. Lagu yang dirilis lebih dari dua dekade lalu itu tiba-tiba viral, dipakai di banyak video, dan ramai dibicarakan di media sosial. Saat mendengarnya kembali, ada rasa hangat yang langsung menyergap. Seperti membuka pintu nostalgia yang lama tertutup.
Yang paling membuatku kagum adalah bagaimana lagu-lagu kalian tetap relevan meski waktu terus berjalan. Dan yang rilis lebih dari dua puluh tahun lalu, tiba-tiba bisa viral lagi dan dicintai oleh generasi baru. Itu bukan hal yang mudah, tapi Sheila On 7 membuktikan bahwa musik yang tulus memang selalu menemukan jalannya. Lagu kalian tidak pernah terikat pada tren, tapi justru menjadi tren itu sendiri.
Dari situlah saya mulai mengenal Sheila On 7 dengan lebih jauh. saya mencari tahu lagu-lagu mereka yang lain dan tanpa sadar masuk ke dalam dunia musik mereka. Semuanya terasa akrab, seakan saya sudah pernah mendengarnya di berbagai fase hidupku, hanya saja saya tidak sadar kalau itu semua berasal dari mereka. Rasanya seperti menemukan kembali sahabat lama yang sempat hilang, lalu hadir lagi dengan penuh kehangatan. Hingga akhirnya, menemukan Kita.
Lagu Kita membuatku benar-benar merasa dekat dengan Sheila On 7. Kalau Seberapa Pantas memperkenalkanku pada sisi emosional cinta yang penuh pertanyaan, dan Dan membuatku merasakan manisnya jatuh cinta dengan polos, maka Kita justru menghadirkan sesuatu yang lebih hangat: kebersamaan. Lagu ini seperti anthem persahabatan, sesuatu yang bisa dinyanyikan bersama siapa saja, kapan saja.
Ada rasa rindu, rasa syukur, dan rasa hangat yang susah dijelaskan. Lagu ini seakan mengingatkanku pada teman-teman lama, pada masa sekolah, atau pada momen sederhana ketika tawa terasa begitu tulus. Kita bukan hanya lagu, tapi juga pengikat kenangan.
Bagi saya, Sheila On 7 bukan hanya tentang nostalgia. Mereka adalah bukti bahwa musik yang tulus selalu menemukan jalannya. Lagu-lagu mereka seperti kisah klasik yang akan terus hidup, menemani siapa pun yang mendengarkannya. Yang membuatku kagum adalah bagaimana Sheila On 7 bisa menuliskan lirik sederhana namun penuh makna. Tidak ada kalimat rumit, tidak ada metafora berlebihan, tapi justru itulah kekuatan mereka. Sheila On 7 tahu cara membuat lagu yang bisa langsung masuk ke hati siapa pun, termasuk diriku sendiri.
Perjalanan mengenal Sheila On 7 seperti proses tumbuh bersama. Dari sekadar tahu Seberapa Pantas, lalu benar-benar jatuh hati karena Dan, dan akhirnya menemukan rasa kebersamaan lewat Kita. Lagu-lagu itu menemani berbagai fase dalam hidupku—dari cinta, patah hati, hingga persahabatan yang tak tergantikan.
Sheila On 7 bukan hanya band. Mereka adalah kisah klasik yang selalu hidup, menemani siapa pun yang mendengarkan. Dan bagiku, mereka akan selalu jadi teman perjalanan, yang suaranya bisa menguatkan, menghibur, sekaligus mengingatkan tentang hal-hal sederhana yang paling berharga dalam hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI