Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Misteri Alien: 13. Di Mulut Gua

Diperbarui: 4 Oktober 2025   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Sebelumnya: Misteri Alien: 12. Rahasia Malam

Pandu tampak gugup.

"Berapa lama lagi sebelum bulan terbit?" tanyanya, karena tahu malam itu saatnya bulan purnama.

Sakti yang berjalan di depannya, menjawab dari balik bahunya, "Kurang dari dua jam."

Malam menyelimuti mereka dalam bayang-bayang. Suara punggok tondian, burung hantu endemik Sulawesi tengah, samar-samar membuat bulu kuduk mereka merinding.

Setiap gemerisik di semak-semak membuat jantung mereka berdebar kencang, tetapi daya tarik dari hal yang tidak diketahui membuat mereka terus maju.

Hewan-hewan makhluk nokturnal menikmati kegelapan. Ke mana pun mereka menyorotkan senter bisa terlihat mata yang bercahaya ada di mana-mana. Seolah-olah semak-semak tidak pernah benar-benar tidur. Langkah mereka lebih lambat dari hari sebelumnya, tetapi setelah berjalan selama berjam-jam, Mando akhirnya berhenti untuk beristirahat.

Bulan perlahan menunjukkan wajahnya, dan kegelapan itu berubah menjadi keperakan.

Mando duduk di atas batu datar dan mengeluarkan radio dua arah, memastikan kepada Paman Miko bahwa semuanya masih aman dan terkendali.

Pandu masih gelisah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline