Lihat ke Halaman Asli

Menata Kemudian Meniti

Diperbarui: 18 Juni 2023   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dunia yang Cantik,
Pernak-pernik, menarik
Sanggup menggelitik disekian titik,
Membawa yang terbawa hal baik.

Setiap pribadi pasti memiliki impian atau katakan saja aneka cita-cita, dimana ada yang memang sudah terwujud dan ada juga yang belum karena masih berproses, seiring berjalannya waktu dan ikhtiar itu sendiri yang tanpa henti.

Setiap pribadi pasti memiliki definisi tentang apa itu bahagia yang sebenarnya dan seutuhnya,  perasaan bahagia yang hakiki tanpa sedikitpun terkontaminasi janji-janji tak terbukti.

Setiap pribadi tidak bisa yang tidak boleh untuk memungkiri, bahwa kebahagiaan hakiki tersebut sangat layak untuk diperjuangkan lalu berujung kedamaian tanpanya penyangkalan.

"Mensyukuri duka lalu bisa meraih makna, menikmati suka dengan tidak hanya untuk sekadar merasa bangga yang tiada wibawa."

Impian adalah hal yang sangat mungkin, cita-cita adalah hal yang sebaiknya tidak hanya disimpan sebatas wacana tanpa upaya nyata. Impian butuh kejelasan, cita-cita butuh pertanggungjawaban.

"Seseorang yang masih muda, rajin menangkap makna. Seseorang yang sudah tidak muda, rajin menepis prahara."

Setiap pribadi pasti memiliki naluri, empati dan katakanlah intuisi yang tertanam begitu kuat di lubuk hati. Setiap pribadi, butuh menyatakan impian pun cita-cita penuh ketegasan di pikiran, lalu diimplementasikan demi terwujudnya citarasa yang sungguh terasa benar dan utuh bahagianya.

Bandung, 2023




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline