Lihat ke Halaman Asli

Tidak Semua Orang Bisa Melucu: Kecerdasan yang Dibutuhkan untuk Menjadi Komedian yang Relevan

Diperbarui: 9 Februari 2025   15:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar : Pinterest (https://pin.it/66IuHJq0H)

Tidak Semua Orang Bisa Melucu: Kecerdasan yang Dibutuhkan untuk Menjadi Komedian yang Relevan

Akhir-akhir ini, acara komedi semakin populer di Indonesia. Popularitas ini tidak lepas dari kemudahan dalam publikasi berkat pesatnya perkembangan platform digital. Di era media sosial, video penampilan komedian dengan gaya stand up comedy mudah untuk diunggah dan disebarkan, sehingga semakin banyak masyarakat, terutama anak muda, yang menikmati pertunjukan ini.

Kompetisi Stand Up Comedy pun semakin digemari,dan menjadi salah satu hiburan favorit di semua kalangan terutama generasi milenial dan Z.

Stand up comedy mulai mendapatkan tempat di hati masyarakat Indonesia sejak awal tahun 2010-an. Komunitas-komunitas seperti Stand Up Indo muncul sebagai wadah bagi para pelawak muda untuk berlatih dan berbagi karya.

Tokoh-tokoh seperti Pandji Pragiwaksono, Ernest Prakasa, dan Raditya Dika dianggap sebagai pelopor yang membawa stand up comedy ke ranah hiburan mainstream di Indonesia. Mereka memanfaatkan platform digital, seperti YouTube dan media sosial, untuk memperkenalkan materi-materi orisinal yang kemudian menarik minat masyarakat luas.

Popularitas kompetisi stand up comedy di Indonesia semakin meroket. Acara-acara kompetisi ini tidak hanya memberikan kesempatan bagi para pelawak muda untuk menunjukkan bakatnya, tetapi juga menjadi ajang pembelajaran dan benchmarking kualitas materi komedi.

Kompetisi seperti Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) di Kompas TV telah melahirkan banyak komika berbakat yang kini menjadi idola di kalangan anak muda.

Sebelumnya, Indonesia telah mengenal bentuk lawak tunggal sejak era Srimulat dan Warkop DKI, namun stand up comedy modern memiliki format yang lebih personal dan monologis. Perkembangan ini didorong oleh perubahan selera penonton yang menginginkan hiburan yang tidak hanya mengocok perut, tetapi juga mampu menyampaikan kritik sosial dan pandangan hidup secara cerdas.

Dengan demikian, para pelawak dituntut untuk tidak hanya memiliki bakat alami dalam membuat orang tertawa, tetapi juga kemampuan untuk mengolah materi secara mendalam.

Ungkapan "tidak semua orang bisa melucu" adalah benar, bahwa kemampuan berkomedi bukan sekedar soal spontanitas atau keberanian untuk tampil. Di balik setiap punch line dan set-up yang mengena terdapat proses kreatif yang panjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline