Mengapa yang hadirnya hanya sesaat punya lebih banyak tempat untuk terus diingat?
Tak sengaja mengenalnya di awal masa kuliahku. Kami berkenalan dan menjadi teman. Menghabiskan waktu dengan bertukar pesan, saling mengenal lewat berbalas pesan hingga tak sengaja, aku menaruh rasa nyaman. Waktuku bersamanya singkat, tak lebih dari tiga bulan. Setelah itu, aku dan dia kembali menjadi asing bagai tak pernal saling kenal. Namun, mengapa rasanya enggan 'tuk dilupakan?
Rasanya sama ketika aku menemukan buku favoritku, tak disengaja. Sudah tiga puluh menit aku mengelilingi rak-rak buku di hadapanku. Puluhan buku sudah kupegang, tapi tak kunjung kutemukan yang ingin ku bawa pulang. Hingga akhirnya aku berpikir untuk pulang dan kembali lagi nanti, saat stok buku baru sudah tersedia lagi. Namun, sebuah buku bersampul biru muda, berada di rak paling atas, dekat dengan pintu keluar, berhasil memikat hatiku.
Hujan, itu judul bukunya. Entah kenapa aku langsung jatuh cinta, padahal aku belum tau bagaimana isi ceritanya, berapa jumlah halamannya, belum melihat ulasannya di sosial media, tapi aku sudah cinta. Aneh, ya? Lebih aneh lagi ketika buku yang tak sengaja kubeli itu justru menjadi favoritku. Kini, entah sudah berapa kali aku membaca buku itu, padahal aku sudah tau bagaimana akhir kisahnya, halaman berapa tokohnya jatuh cinta, halaman berapa tokohnya patah hati, dan halaman berapa dialog favoritku, aku tau semua itu.
Lalu, apa hubungannya dengan orang yang tak sengaja kau kenal tadi?
Aku tak tau pasti bagaimana hubungannya, yang jelas keduanya sama-sama tak sengaja kupilih untuk menjadi bagian kisahku, hadir di hidupku. Dia yang tak sengaja kukenal itu, selalu terkenang di ingatan. Hadirnya memang sebentar, tapi hadirnya membawa perubahan besar dalam hidupku, sama seperti buku favoritku kala itu.
Buku favoritku itu tak terlalu tebal, hanya perlu waktu dua hari untuk menamatkannya saat pertama kali kubaca. Dia juga hanya sebentar, namun hadirnya tepat saat aku perlu tempat bersandar, saat aku butuh rangkulan, ketika aku ingin didengarkan. Lantas, bagaimana aku bisa melupakan?
Bukan tentang seberapa lama mengenal, bukan tentang seberapa tebal lembarannya, tapi tentang siapa yang berhasil menyentuh rasa yang terdalam di hati. Karena yang sebentar juga punya kenangan terbesar, tak mampu digantikan.
Yang hadirnya sesaat lebih punya banyak tempat untuk diingat, mungkin karena ia datang di waktu yang tepat.
Namun, bukan untuk menetap.