Lihat ke Halaman Asli

Kecemasan dan Perubahan

Diperbarui: 4 Juli 2020   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sering kali dituduhkan kepada orang tua yang tidak tenang perilakunya, o dia sedang mencemaskan putrinya yang belum pulang, atau berada di rantau. Ayah saya sendiri belum tidur bila saya belum pulang. 

Isteri saya melapor, itu bapak tidak tidur sebelum kau pulang, jangan malam-malam kalau pulang. Jawab saya, memang lansia itu sedikit tidurnya, tidak seperti kita capeh sedikit cepat mendengkurnya..  

Kecemasan itu suasana batin, yang tidak rasa aman dan nyaman menghadapi apa yang sedang dialami atau akan dialami. Suasana batin itu bisa dalam gejala awal berupa gamang tertegun-tegun ketidak pastian, keraguan. Dan itu terhenti tidak menjadi kecemasan ketika ada kepastian dan rasa aman. Atau dapat berlanjut menjadi ketakutan, yang terungkap pada perilaku.

Kembali pada ayah saya, dia adalah guru dijaman penjajahan Belanda. Dia setelah menamatkan pendidikan guru di Muntilan (Jateng), terus menjadi guru di Bantul (DIY) pada tahun 1919. 

Melewati zaman penjajahan Belanda selama 23 tahun, penjajahan Jepang, tetap saja dia guru. Pada awal Kemerdekaan RI, dia mendapat ajakan untuk menjadi PNS, ditolaknya kerana lekatnya pada profesi guru. Tetap guru meskipun zamannya mengalami Perubahan.

Perubahan itu Peristiwa, adanya suatu pergantian yang menyangkut hal yang hakiki atau sekedar kondisi belaka. Perubahan juga dapat meggejala nyata kurang lebihnya dalam proses cepat, atau lambat dan tidak instant menggejala penuh. Perubahan dapat terjadi pada benda, cuaca, atau orang, manusia baik pribadi maupun kelompok besar atau kecil.

Kecemasan dan Perubahan bisa instant bisa memakan waktu. Maka baik kecemasan maupun perubahan dapat merupakan hal yang sama-sama terungkap atau lama baru muncul.

Saya masih bisa mengenang bagaimana kami, suami isteri, melepas anak pertama di stasion KA Yogyakarta pergi ke Jakarta untuk menjadi "pekerja", di "perantauan". Dan bagaimana kembali beberapa tahun lagi melepas anak kedua pergi ke Jakarta, bersama isteri setelah pernikahannya. Mereka dalam kondisi yang berbeda sesuai dengan zamannya, tetapi sama sama akan mengalami saat itu perubahan gaya hidup yang berbeda dengan ketika ada didepan mata ortu.

Rasa kecemasan terhadap masa depan anak itu dapat diatasi oleh rasa kebanggaan akan prestasi anak dan jaminan kedepannya pekerjaan mereka. Kecemasan terhapus juga bila bisa ditimbulkan harapan akan adanya perubahan dengan sendirinya atau alami.

Tidak atau belum bisa terlepas dari Peristiwa mondial Pandemi Covid-19.kita bisa pastikan masih banyak warga yang menyandang kecemasan dalam pelbagai bentuk. Karena kepelbagaian itu bersumber pada Covid-19 itu sendiri yang memberi ketidak pastian dan kemungkinan pelbagai perubahan yang juga tidak pasti sejauh mana. 

Kebersamaan dan kelompok warga hingga negara pun memodulasi situasi. Maka katakan peristiwa pandemi Covid-19 keseluruhannya masuk akal memberi kecemasan menghadapi pelbagai perubahan apapun itu nanti bentuknya.Mungkin kematian, kehilangan orang  tercinta, mungkin besarnya pembeayaan, jatuhnya usaha, hilangnya pekerjaan. Atau bahkan kecemasan menghadapi semuanya sekali gus, simultan..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline