Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Merokok pada Kalangan Remaja

Diperbarui: 23 April 2021   16:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat fenomena merokok oleh remaja (Sumber : daniele levis pelusi via unsplash.com)

Remaja sekarang kerap kali sulit terlepas dari perilaku merokok yang dapat disebabkan dari berbagai macam faktor, baik itu faktor psikososial maupun faktor lingkungan. Kedua faktor tersebut dapat saling berkaitan satu sama lain jika dilihat dari perspektif yang berbeda namun jika dicari tahu, maka akan menemukan suatu titik temu diantara keduanya. 

Melihat dari segi psikoanalisis yang notabennya mempelajari tentang proses perkembangan manusia khususnya pada beberapa masa pertumbuhan anak tersebut. Hal ini juga tidak dapat terlepas dari peran lingkungan untuk memberikan pengaruh terhadap perilaku sesuai dengan keadaan fisik maupun sosial remaja.

Psikoanalisis juga dikatakan sebagai tahapan perkembangan psikoseksual anak yang dapat memberikan pengaruh perilaku jika nanti anak menjadi dewasa. Lalu, tahap manakah yang terdapat kemungkinan anak akan melakukan perilaku merokok di saat dewasa? Jika menurut teori ini, tahapan tersebut berada pada tingkat oral. 

Oral atau mulut merupakan suatu tahapan yang penting untuk diberikan kepada anak ketika kecil. Kurangnya pemuasan pada tahap inilah yang kemungkinan akan menjadi cikal bakal anak merokok jika nanti sudah remaja. Bukan hanya merokok saja yang dapat memberikan dampak nanti jika anak remaja, namun tindakan alkoholisme, makan terlalu banyak pun juga dapat terjadi.

Mengapa dapat terjadi demikian? Kapan tepatnya waktu penyebab anak bisa merokok? Apakah perilaku merokok dapat dicegah? Apakah suatu tindakan yang salah kah perilaku merokok tersebut? Hal ini terjadi karena kurangnya kepuasan anak dalam memenuhi kebutuhan akan oral ketika kecil. 

Waktu-waktu yang terjadi pun ketika masih sangat kecil, yaitu pada saat anak berusia 4 -- 8 bulan atau sekitar 1 -- 1,5 tahun. Pertama, bagian ini merupakan masa sepenuhnya peresapan oral (complate oral incorporation) dan tumbuh benih-benih cinta dan kepercayaan pada objek yang dikenal pertama kali. 

Kedua, yaitu adanya sadisme oral, dimana bayi sudah bisa memanah dan menggigit. Ada apa saja kah sadisme oral? Introjeksi, identifikasi primer, proyeksi, fiksasi, regresi, dan penolakan. 

Kedua poin inilah yang sekiranya dapat dijadikan acuan dasar dalam mencari sebab mengapa fenomena banyak anak ketika dewasa, khususnya remaja sering kali berperilaku konsumtif dalam hal merokok. Adanya rasa ketidakpuasan ketika kecilah yang menyebabkan merokok kerap kali terjadi ketika anak sudah remaja.

Namun, apakah hanya sebatas teori sajakah yang menyebabkan anak pada usia remaja berperilaku demikian? Kadang kali faktor lingkungan juga menjadi salah satu indikator penting dalam membentuk perilaku manusia. Lingkungan sebagaimana tempat kita untuk mengekpresikan diri, mencari tahu sosok diri yang sebenarnya, serta menjadi tempat belajar yang dapat kita ambil hikmahnya.

Pergaulan juga berperan penting dalam mempengaruhi seseorang menjadi perokok. Pelajar yang tadinya tidak merokok dan dikenalkan serta bergaul dengan teman-teman yang merokok dapat terkena dampaknya, mulai dari asapnya hingga menjadi seorang perokok sungguhan. Bahkan, terdapat stigma jika tidak merokok maka tidak keren. 

Coba lihat saja dari berbagai iklan rokok itu sendiri, apakah dari iklan tersebut menjadikan kita semakin takut untuk merokok atau semakin ingin segera merokok? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline