Lihat ke Halaman Asli

mereka nekad jalan kaki

Diperbarui: 7 Februari 2025   15:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

  

         Menarik, mengamati fenomena orang-orang yang sedang menunaikan umroh dengan cara jalan kaki. Mungkin naik kapal, pesawat, jelas sudah sangat biasa. Lalu ada apa dengan mereka? Apa ada yang salah? O, jelas tidak.  Semua tergantung sudut pandang dan cara kita menilai fenomena ini. Yang pasti dan saya rasa, dunia pasti tercengang dengan tanda kutip, masyarakat Indonesia yang dengan tidak penuh beban jalan kaki menuju kota suci Mekkah Al mukarromah. Awalnya mereka pasti menganggap hanya sebatas candaan, sedang bercanda, atau yang lebih ekstrim mereka menganggap sudah gila dengan cara nekad mereka jalan.

         Jarak tempuh Indonesia -- Mekkah mungkin bisa mencapai 8 ribu an kilometer. Gila nggak tuh jaraknya?! Coba bayangkan kalau di tengah perjalanan kehabisan bekel, atau mungkin sakit, ada bencana alam tak terduga, seperti banjir, badai, dll. Padahal perkiraan waktu tempuh untuk jalan kaki itu 8 -- 12 bulan. Mungkin bisa molor waktu seandainya ada hal-hal yang tidak diinginkan semisal sakit, kecapekan, mampir-mampir, dsb.

         Suka atau nggak suka, percaya atau nggak percaya, sampai sejauh ini orang-orang yang menunaikan umroh, haji, atau pergi ke kota Mekkah nyatanya aman-aman saja. Malahan mereka tampak hepi dan makin semangat jalannya. Seakan tidak memperdulikan atau tak ada keluhan sama sekali selama perjalanan. Mereka, memang secara tanggung jawab publik wajib merealisasikan niatan untuk sampai ke tanah suci dengan tetap khidmat jalan kaki. (Jangan kejem-kejem dong a'!). Ya seperti itu, mungkin konsekuensinya. Sebab mereka berangkat dari rumah pasti minta izin sama orang tua, keluarga, juga masyarakat sekitar. Malahan sampai diantar segala sebagai bentuk pelepasan. Bisa jadi mereka dianggap bak pahlawan di kampungnya. Jadi, yang pasti mereka akan mempertaruhkan segenap jiwa tenaga untuk tetap jalan kaki sampai finish. Mau capek dipaksa atau nggak capek, sudah loyo tapi dikuat-kuatkan, atau sakit sedikit langsung dicancel rasa sakitnya, itu hak dan keputusan mereka. Orang lain dan  masyarakat luas tentu melihatnya nggak begitu. Mereka pasti melihat dengan apa yang dilihat. Yang dilihat mereka terlihat hepi dan tetap semangat, ya itu menurut pandangannya.

         Lalu mengapa mereka pada nekad pergi ke tanah suci dengan cara nekat jalan kaki? Bukankah lebih baik dengan cara menahan dulu sambil mengumpulkan biaya perjalanannya? Nah itu dia yang mesti kita tilik dengan pandangan umum dan logis.

Bisa jadi, sebab biaya yang melambung tinggi, waktu yang bisa mencapai puluhan tahun (khusus naik haji regular), akhirnya mereka sudah bisa mengukur dan menghakimi kemampuannya sendiri dengan sebutan "laa yumkin" (tidak mungkin) untuk menunaikan haji dan umroh. Dengan kemampuan secara finansial mereka yang terbatas, ibaratnya buat makan sehari-hari saja masih kurang-kurang, sangat logis jika mereka melakukan cara nekad ini. Dengan cara apa lagi biaya perjalanan haji dan umroh sangat murah dan terjangkau, kalau tidak dengan cara jalan kaki?

       Hemat penulis, kenapa mereka sampai nekad dengan menempuh perjalanan jalan kaki? Saya kok Ainul yaqin, jika yang dilakukan mereka itu : jelas orang-orang terpilih yang sudah memenuhi panggilan Allah subhanahu wa Ta'ala. Tanpa campur tangan Allah, mustahil mereka bisa sejauh itu menunaikan ibadah haji dan umroh dengan cara jalan kaki. Semoga mereka semua menjadi inspirasi buat kita semua. Tetaplah berpegang teguh, jika Allah menghedaki, tak kan ada yang bisa menolak.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline