Lihat ke Halaman Asli

Aryadi Noersaid

TERVERIFIKASI

entrepreneur and writer

Save Our Soul-KRI Nanggala

Diperbarui: 23 April 2021   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Sebagai mantan praktisi keselamatan pekerjaan bawah air dan sesekali  terlibat operasi pencarian benda-benda yang tenggelam (salvage) didasar perairan atau laut maka kejadian tenggelamnya KRI Nanggala  ini sangat menarik untuk ditelaah. 

Saya tak mempunyai expertise mengenai kapal selam tetapi pada dasarnya penyelamatan benda tenggelam apalagi berisi awak yang memiliki kemungkinan untuk diselamatkan tentu menjadi sangat menarik untuk dibahas disamping rasa keprihatinan yang mendalam. Rabu 21 April 2021 KRI Nanggala hilang kontak pukul 04:25 menjelang subuh. 

Seperti layaknya sebuah 'vessel', Kapal ini dirancang untuk mengapung dengan kelebihannya mampu menyelam  dikedalaman yang dapat diatur melalui volume udara yang dikendalikan oleh system pengatur volume udara.

Rancangan kapal selam Nanggala adalah mampu menyelam hingga kedalaman 500 meter dibawah permukaan laut. ketika diproduksi tahun 1977 dan mulai dioperasikan tahun 1981.  Pertahanan utama benda seperti kapal selam yang mampu menyelam dikedalaman laut melawan tekanan hydrostatic/tekanan kedalaman air  adalah kekuatan dinding yang kedap air dikedalaman yang berbeda-beda. 

Jika kapal dirancang untuk kedalaman 500 meter maka kekuatan dinding kapal harus mampu menahan tekanan air laut sebesar 50 x 1 bar = 50 bar atau sama dengan 50 atmosfir. Untuk diketahui tekanan udara normal jika kita berada dipermukaan bumi rata dengan permukaan laut  adalah 1 atmosfir. Sedikit saja perubahan terhadap tekanan udara maka yang dapat merasakan paling sensitive adalah telinga dimana kita akan merasakan tekanan yang tidak biasa pada gendang telinga seperti ketika melewati pegunungan atau tempat yang berbeda ketinggian. Perbedaan tidak sampai 1 atmosfir saja telinga kita akan merasa tersiksa apalagi tekanan 50 kali lipat, maka gendang telinga akan robek seketika.

Untuk lebih aman pabrikan biasanya menerapkan 'safety factor' design  lima kali lipat kekuatan  maksimum dinding kapal sehingga bila dikabarkan kapal kandas tenggelam melewati batas kemampuan kedalaman menyelamnya seperti dikabarkan berada 600-700 meter dibawah permukaan laut maka rasanya kekuatan dinding kapal masih dapat diandalkan, kecuali jika terjadi kebocoran akibat anomaly peralatan atau human error. Jika terjadi kebocoran maka peralatan didalam kabin serta penyimpan bahan bakar tidak dirancang untuk menahan kekuatan tekanan air berlipat sehingga kemungkinan bejana penyimpan pecah dan tekanan air laut yang membahayakan awak kapal sangat mungkin terjadi.

Bagaimana jika KRI Nanggala tenggelam didasar laut dikedalaman 700 meter?

Tenggelamnya suatu benda yang dirancang mengapung penyebab utamanya adalah benda itu kehilangan daya apungnya, semua benda yang berat jenisnya lebih dari air akan tenggelam. Air laut memiliki berat jenis 1.025 kg/M3 sedangkan berat jenis baja 7.850 kg/M3.

Dalam spesifikasi kapal selam KRI Nanggala disebut  berat kapal adalah 1.390 Ton, maka jika ingin membuat Nanggala kembali dapat mengapung ia harus memiliki ruang kedap udara minimal separuh dari volumenya. Penulis mencatat volume ruang yang dimiliki oleh Nanggala adalah Panjang  59,5 M x lebar 6,3 M x tinggi 5,5 M = 2.061 M3 atau setara dengan  2.061 ton udara. Mengapa Nanggala tidak mampu kembali ke permukaan adalah:
1. Blackout, semua kekuatan penggerak kapal mati
2. Terjadi kebocoran diruang kedap udara.

Dapat dibayangkan benda 1.390 ton dibawah permukaan laut terdiam dan tak mengirim signal apapun, maka penyelamatan KRI Nanggala akan melibatkan berbagai metode serta teknologi yang sangat  rumit. Kemampuan menyelam manusia hanya dikedalaman 50 meter saja selebihnya diperlukan peralatan tambahan yang melibatkan jenis udara yang berbeda dan alat bantu yang tak sederhana. Untuk menyelam 700 meter bagi manusia diperlukan persiapan minimal tiga hari sebagai proses penyesuaian tekanan, bahkan lebih dan hanya penyelam super professional yang dapat melakukakannya. 

Satu-satunya cara adalah menggunakan kapal selam yang dirancang untuk misi penyelamatan seperti yang dimiliki oleh Singapura dan Malaysia. Kapal mereka memiliki Robot penyelam bernama ROV yang mampu menyibak rintangan sulit sehingga memungkinkan melakukan tindakan penyelamatan pengganti manusia. Penggunaan kantung udara untuk mengangkat KRI Nanggala adalah salah satu opsi guna mengangkat kembali kepermukaan namun semua itu tergantung dari bagaimana kondisi kapal selam ketika ditemukan nanti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline