Lihat ke Halaman Asli

Aryadi Noersaid

TERVERIFIKASI

entrepreneur and writer

Lelaki Pemikat Punai (10)

Diperbarui: 3 Januari 2021   20:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Lekas kubuang pikiran buruk itu termasuk pikiran tentang betapa mengagumkan kecantikankannya. Tak pantas menghakimi seseorang dari apa yang ia alami tanpa tahu bagaimana isi hati dan kepribadiannya, lagi pula siapa orangnya yang bisa memilih lahir dari rahim dan benih siapa.

"Hmmm...nasibmu tidak beda dengan nasibku," cetusku. Kalimat itu cukup untuk membuatnya sedikit terkejut.

"Maksudmu? apa yang kamu lakukan dikantor polisi ini?" gadis itu balik bertanya masih dalam senggukan tangis yang ditahannya.

"Oh iya, namaku Fatur. Siapa namamu?" kusodorkan tanganku yang kotor oleh debu. Kutepuk kedua telapak tangan mengusir debu-debu yang menempel diatasnya.

"Namaku, Niken," balasnya.

"Sudahlah, aku tak ingin bercerita tentang apa yang kualami."

"Kamu juga kehilangan seseorang?" tanyanya yang kubalas dengan anggukan. Niken perlahan menegakkan tubuhnya yang semula bersandar pada pohon Mahoni.

"Aku kesini untuk bertanya tentang hasil penyelidikan?" kini aku yang menyandarkan tubuh ke batang pohon Mahoni yang kokoh. Urat pohon  berulir terasa memijit urat-urat punggungku  yang mungkin lelah karena mengayuh sepeda dengan kuatnya tadi pagi.

"Siapa? ibu atau bapakmu yang terbunuh?"

"Bapakku. Entah oleh siapa. Tak ada titik terang siapa yang melakukannya. Aku tak meyakini itu dilakukan oleh pencuri biasa,"

"Kapan kejadiannhya?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline