Lihat ke Halaman Asli

Ary Adianto

Great Communicators

New Cold War: Tensi Amerika Serikat dan Tiongkok

Diperbarui: 26 Oktober 2020   13:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiri : Donald Trump (Amerika), Kanan : Xi Jinping (Tiongkok). Source :https://foreignpolicy.com/

Sejarah Perang Dingin. Perang dingin bukan menrupakan hal yang baru di dunia.

Tercatat setelah perang dunia kedua usai, Amerika Serikat dan Uni Soviet berlomba-lomba bersaingin dalam memperebutkan pengaruh ideologi, ekonomi, dan teknologi. Selama 45 tahun kedua negara tersebut membawa dunia diambang perang nuklir, perang saudara dan perlombaan menuju luar angkasa.

Runtuhnya USSR dan Amerika menjadi negara Superpower Tunggal

Patung Liberty, New York, Amerika Serikat. Source : http://waziafrica.blogspot.com/

Pada tahun 1989, sistem aliansi Soviet berada di ambang keruntuhan. Akibat hilangnya dukungan militer dari Soviet, satu-persatu para pemimpin negara-negara komunis Pakta Warsawa juga kehilangan kekuasaan. 

Bulan Februari 1990, dengan semakin memuncaknya isu pembubaran Uni Soviet, para pemimpin Partai Komunis terpaksa menyerahkan tampuk kekuasaannya yang telah bertahan selama 73 tahun dan Uni Soviet secara resmi dibubarkan pada tanggal 25 Desember 1991.

Keruntuhan Uni Soviet pada tahun 1991, pada akhirnya meninggalkan Amerika Serikat sebagai negara adikuasa tunggal dan makin mengokohkan statusnya menjadi negara adikuasa setelah negara-negara Eropa Timur lebih memilih bergabung dengan Uni Eropa daripada mendekat dengan Russia.

Munculnya Tiongkok sebagai Penantang baru Amerika Serikat

Deng Xiaoping, merupakan Pemimpin Tiongkok ke-2 yang Mampu mentrasformasi Ekonomi Tiongkok. Source : https://www.beltandroad.news/

Deng Xiaoping merupakan suksesor mengubah Tiongkok dari negara kelaparan menjadi kekuatan ekonomi yang mampu bersaing ketat dengan Amerika. Deng menghapus doktrin komunis tua yang dibanggakan Ketua Mao. Membuka tirai bambu Tiongkok untuk investasi dan kepemilikan modal.

Pada 1978 Deng mengawasi perubahan arah bersejarah bagi Tiongkok yang menekankan apa yang disebut "Empat Modernisasi" pertanian, industri, pertahanan nasional, serta sains dan teknologi. 

Selama kekuasaan lama Deng, ia melembagakan berbagai reformasi yang bertujuan pada desentralisasi ekonomi dan membuka negara untuk perdagangan internasional.

Dia mengundurkan diri dari jabatan resmi Partai terakhir pada 1989, setelah dia dan para sesepuh partai lainnya memerintahkan penggunaan kekuatan militer untuk memadamkan aksi di Lapangan Tiananmen. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline