Lihat ke Halaman Asli

Tumbal Arwah Jelangkung - 4

Diperbarui: 18 Februari 2016   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sofia kebingungan ketika dia mendapati dirinya, berada di tempat yang begitu temaram. Sebuah lorong panjang tanpa ujung, terbentang di hadapannya. Dia melangkah hati-hati menelusuri lorong, siapa tahu ada seseorang yang bisa ditanya mengenai lorong itu.

“Halo, apakah di sini ada orang? Hallo...,“

Sofia tak mendapatkan jawaban atau sahutan dari seseorang yang ada di sana. Tidak ada siapapun. Hanya dirinya seorang. Nuansa sepi dan sunyi terasa kental di lorong itu.

Sofia masih saja mencoba menjelajahi lorong itu walaupun pikirannya resah dan gelisah. Ia tak mendapatkan satu pun petunjuk yang berarti. Sekonyong-konyong, dirinya mendengar suara samar-samar rintihan manusia.

“Tolong... Tolong...“

Suara rintihan itu begitu pilu dan menyayat perasaannya. Mendengarnya saja bisa membuat orang menitikkan air mata. Sofia terus mendekati sumber suara itu. Dia mulai berpikir bahwa suara itu berasal dari lorong yang berada di depannya. Semakin dia berjalan suara itu semakin terdengar jelas.

Sofia memepercepat langkah kakinya agar bisa sampai ke sumber suara. Ternyata dugaannya benar. Kini, suara itu makin terdengar jelas saat dia berjalan menyusuri lorong. Dia sampai di sana. Sofia menemukan seorang remaja duduk dengan membenamkan wajahnya di atas lipatan tangannya. Didekatinya remaja itu.

“Kamu kenapa menangis?“ tanya Sofia.

Kemudian, anak itu menengadah. Sofia terperanjat.

“Prakoso?!“ pekik Sofia.

“Ibu!“ sahutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline