Lihat ke Halaman Asli

Arlini

Menulis berarti menjaga ingatan. Menulis berarti menabung nilai kebaikan. Menulis untuk menyebar kebaikan

Resensi | Mengenal Secara Ringkas Sosok Sahabat Rasulullah saw

Diperbarui: 30 Mei 2019   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pictured by Gramedia Digital 

Mengenal pribadi para sahabat Rasulullah adalah salah satu penyubur iman. Buku ini jadi sarana bagi saya mengenal enam puluh orang sahabat Rasulullah saw. Tidak mendalam memang tetapi poin pentingnya dapat. Siapa namanya, asal, kelahiran, kapan masuk Islam, apa yang dialami saat awal memeluk Islam serta kontribusi terhadap Islam. Saya membaca versi e-booknya.

Penulis meringkas kisah -- kisah mereka dari berbagai sumber. Dengan catatan, nama Khulafaurasyidin tidak dibahas disini. Sebab penulis membahasnya secara khusus dalam buku berbeda.

 Nama -- nama sahabat yang kurang familiar bagi saya ada di buku ini. Seperti Miqdad bin Amru ra, Abu Jabir ra, Abu Ayyub Al - Anshari ra, Abu Musa Al -- As'ary ra dan lain sebagainya. Kisah mereka tak kalah heroik dengan sahabat -- sahabat besar seperti Mushaib bin Umair, Abdurahman bin Auf, Zubair bin Awwam dan lain sebagainya.

Enam puluh sahabat yang diceritakan dalam buku ini memiliki benang merah. Pertama, mereka beriman kepada Allah swt dengan pemikiran. Mereka masuk Islam setelah mendapatkan penjelasan mengenai Islam, baik melalui teman, sahabat, kerabat ataupun sejak awal secara langsung didakwahi Rasulullah saw.

Allah swt berkenan memberi hidayah pada mereka setelah mereka sendiri berupaya mendapatkannya. Keimanan yang diperoleh dengan pemikiran membuat keislaman mereka berkualitas tinggi.

Maka beruntunglah orang -- orang yang serius dalam berpikir. Seperti Thalhah bin Ubaidillah ra yang serius mendengar nasihat seorang pendeta tentang kabar adanya nabi baru. Nabi tersebut membawa petunjuk dan rahmat. Ia pun segera mencari tahu mengenai kabar tersebut hingga mendapatkan kebenaran.

Atau seperti Sa'id bin Zaid yang sebelum Islam datang dia tidak menyembah berhala. Dia anggap hal itu melenceng dari ajaran Nabi Ibrahim. Dia pun termasuk yang menolak budaya membunuh bayi perempuan saat itu.

Meski seorang budak Bilal bin Rabbah seorang yang cerdas, sebab ia peduli pada kondisi Mekkah saat itu. Ia mengikuti perkembangan hebohnya nama Muhammad yang mengajak menyembah Allah swt semata. Ia mengenal sosok Muhammad yang bergelar al amin. Alhasil Bilal pun tertarik pada ajaran yang dibawa Muhammad.

Kedua, mereka sama -- sama mendapat tantangan dari orang -- orang kafir pasca masuk Islam. Siapapun dia, kalangan terhormat atau budak, miskin atau kaya semua mendapatkan ujian keimanan dari orang -- orang kafir.

Hanya saja kadar ujian keimanan yang mereka alami berbeda -- beda. Ada yang sekedar pernyataan penolakan dari keluarga dan kerabat seperti yang dialami oleh Hamzah bin Abdul Muthalib ra dan Abu Ubaidillah bin Jarrah ra.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline