Lihat ke Halaman Asli

Bunuh Diri, Why?

Diperbarui: 5 Desember 2021   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi, sumber tribunnews.com

Baru-baru ini, Kita mendapatkan kabar pilu, sebuah kejadian yang menunjukkan kemunduran peradaban di Negara Kita. Kabar bunuh dirinya Adinda Novia Widyasari yang disebabkan oleh rentetan peristiwa yang sudah ditangani oleh pihak yang berwajib.

Membahas bunuh diri, mengingatkan Saya dengan tugas UAS Teori-teori Sosial di semester V, yang mana dalam tugas tersebut diperintahkan untuk membahas tentang teori-teori sosial dari masing-masing sosiolog yang sudah dibahas. 

Salah seorang Best41 Saya, membahas tentang "Suicide", sebuah teori yang dikemukakan oleh Emil Durkem (baca. Emile Durkheim), begitu teman-teman Saya menyebut. You know Suicide? Artinya bunuh diri.

Emil Durkem menganggap bunuh diri merupakan suatu tindakan individu yang dipengaruhi oleh faktor sosial, bukan psikologi atau kejiwaan seseorang. 

Namun, dari faktor sosial inilah kemudian mempengaruhi psikologi seseorang untuk nekat bunuh diri. Maka dari itu, Emil membagi bunuh diri menjadi empat tipe, yakni Egoistic Suicide, Altruism Suicide, Anomie Suicide, Fatalistic Suicide.

1. Egoistic Suicide

Ilustrasi, sumber: medcom.id

Egoistic Suicide merupakan bunuh diri yang didasari atas lemahnya hubungan sosial dengan orang-orang di sekitar, sehingga muncullah perasaan kesepian dan kesendirian. Dalam pengertian ini, bisa dipetakan menjadi dua kasus, 1) Seseorang yang individualistik, dan 2) mengucilkan seseorang dalam kelompok atau kurangnya dukungan terhadap individu tersebut.

2. Alturism Suicide

Ilustrasi Seppuku, sumber Youtube.com/SanjiG66Channel

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline