Lihat ke Halaman Asli

Arindra Dwi Angraini

Nursing Student

Pemulung yang Hidup Berdampingan dengan Sampah, Bagaimana Dampaknya terhadap Kesehatan?

Diperbarui: 17 Oktober 2022   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: suara.com

Saat membicarakan tentang sampah, terpikirkan kesejahteraan petugas dan operator sampah serta pemulung yang tentu saja setiap hari bekerja mengambil barang-barang bekas atau "sampah" yang akan dipilah untuk dijual, didaur ulang atau digunakan kembali. Pemulung melihat sampah sebagai sesuatu yang berharga untuk menghidupi keluarganya.

Jumlah sampah yang bertambah setiap tahunnya dipengaruhi oleh peningkatan penduduk, tingkat konsumsi masyarakat dan sistem pengelolaan sampah. Sampah tersebut dibuang ke suatu tempat yang disebut tempat pembuangan akhir (TPA). 

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat yang dimanfaatkan oleh para pemulung. Akan tetapi TPA yang tentu saja kotor dengan tumpukan sampah memungkinkan bakteri dan virus berkembangbiak, berpotensi mempengaruhi kesehatan para pemulung menjadi kurang baik.

Dampak lingkungan kerja dengan tumpukan sampah terhadap Kesehatan

Berdasarkan beberapa penelitian, ada 3 penyakit yang sering diderita pemulung diantaranya :

1. Penyakit gangguan pernapasan salah satunya ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

Salah satu dampak lingkungan dari adanya tumpukan sampah di TPA yaitu tercemarnya udara akibat meningkatnya konsentrasi gas disertai bau busuk. Paparan terhadap gas hasil pembusukan sampah tersebut dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan.

2. Penyakit sistem pencernaan

Kebersihan diri yang kurang pada pemulung akibat terkontaminasi bakteri atau virus dari tumpukan sampah juga dapat menyebabkan penyakit sistem pencernaan seperti diare, tifus, kolera dan sebagainya.

3. Penyakit kulit atau dermatitis  

Tumpukan sampah yang merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan jamur dapat menyebabkan penyakit gatal pada kulit terlebih jika pemulung tidak menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, seperti sarung tangan, masker dan sepatu boot. 

Meski sering dianggap rendah, pemulung tidak selalu seperti yang sering digambarkan orang. Pemulung tidak menyadari bahwa dirinya sebagai pahlawan lingkungan. Keberadaan pemulung juga sangat dibutuhkan oleh setiap orang, walau sampah yang diambil oleh pemulung secukup dan sebatasnya saja, hal tersebut tentu membantu mengurangi jumlah sampah di TPA.

Penting adanya kebijakan dan tindakan khusus dari pengelola TPA untuk memfasilitasi dan mengawasi pekerja diantaranya petugas dan operator sampah serta pemulung untuk tetap menggunakan alat pelindung diri agar terhindar dari berbagai penyakit. Serta bagi pelayanan kesehatan sekitar TPA dapat memberikan penyuluhan kepada pemulung tentang menjaga dan merawat kesehatan diri dan pentingnya menggunakan alat pelindung diri.

Referensi 

Huzaemah, S. (2020). Kehidupan Sosial Ekonomi Pemulung Di Sekitaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan. Islamic Management and Empowerment Journal, 2(1), 81--92. https://doi.org/10.18326/imej.v2i1.81-92

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline