Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Mulai dari Pengalaman Membaca dan Menulis Puisi hingga Akhirnya Bergabung di KSI

Diperbarui: 3 Juli 2020   11:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri


Puisi adalah sebuah karya seni hati yang terangkai dalam bait-bait yang indah. Setidaknya itu definisi puisi bagi saya pribadi. Kata indah memang sangat subyektif. Bagi saya sebuah puisi bisa sangat indah, namun bagi orang lain puisi tersebut bisa saja dianggap biasa-biasa saja. Itu sah-sah saja. Saya pun tidak ingin memperdebatkannya.

Puisi selalu dapat menghibur hati saya dalam segala suasana. Kala hati sedang senang maupun susah, membaca puisi tetap menyenangkan. Ada dua buku kumpulan puisi yang menjadi koleksi pertama saya. Satu buku puisi berbahasa Indonesia, berjudul Puisi Baru, Sutan Takdir Alisjahbana.

Dokpri

Satu buku puisi lainnya dalam bahasa Inggris berjudul The Lion Book of Christian Poetry compiled by Mary Batchlor. Buku ini adalah hadiah seorang teman waktu saya meninggalkan kota Surabaya untuk kembali bekerja di sebuah kota tak jauh dari kampung halaman.

Dokpri

Kedua buku puisi ini menjadi bacaan saya selama bertahun tahun dan berulang-ulang. Sampai saya menulis di Kompasiana dan mulai mengenal banyak rekan Kompasianer yang membuat buku puisi. Selanjutnya beberapa buku puisi karya mereka menjadi koleksi saya.

Itu adalah sekelumit pengalaman saya yang berkesan dengan membaca puisi. Pengalaman saya berikutnya adalah tentang menulis puisi. Sudah sejak saya berada di bangku SMP, saya menulis puisi. Tidak terlalu banyak puisi saya di masa muda.

Perjalanan usia mengiringi perjalanan menulis puisi. Saya lebih giat berpuisi setelah saya tinggal jauh dari keluarga saat saya sekolah di luar kota. Waktu itu saya masih anak SMA. 

Puisi-puisi mulai tertuang di buku harian saya. Saya sajalah yang membaca koleksi puisi tersebut. Menulis sendiri dan dibaca sendiri.
Kebiasaan menulis puisi dalam buku harian terus berlanjut sampai saya kuliah di Surabaya. 

Banyak sekali karya-karya saya dan semuanya adalah puisi hati. Puisi hati yang keluar sepenuhnya dari lubuk hati. Tentang apa saja. Waktu kuliah, puisi-puisi saya banyak berisi untaian doa mengenai pergumulan kuliah saya.

Setelah lulus kuliah dan bekerja, saya mulai berani menuliskan puisi-puisi saya di media social. Berawal dari facebook  hingga akhirnya menulis di blog pribadi. Tentu saja tidak semua puisi saya publish untuk konsumsi umum. Saya memilih dan memilah, mana puisi yang ingin dibaca bebas.

Ada kendala yang saya hadapi dengan mengunggah puisi saya di media sosial facebook. Seorang teman kenalan saya "protes" pada salah satu puisi saya bertema kematian. Ini hanya sebuah refleksi saja karena waktu itu saya baru saja menghadiri upacara pemakaman seorang yang sangat saya hormati.

Demi untuk menjaga relasi, saya hapus puisi saya dari facebook. Saya tidak mau menjadi batu sandungan terhadap teman saya tersebut. Saya tahu, kalau tidak dihapuspun itu hak saya bukan. Bukankah itu facebook saya. Kalau tidak mau baca, ya jangan follow facebook saya. Gampang kan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline