Lihat ke Halaman Asli

Ari Budiyanti

TERVERIFIKASI

Lehrerin

Saat Ku Meredup

Diperbarui: 16 Desember 2018   04:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rembulan tersembunyi di antara dahan mangga. Foto koleksi pribadi.

Aku meredup semalam..
Seperti senja terpisah karena tenggelamnya sang surya
Seperti malam beradu dengan kegelapannya
Seperti pagi menari dengan dinginnya
Demikianlah hatiku meredup dari harapnya

Seolah hati ini melepuh karena luka
Tak tertangguhkan perihnya
Ingin segera menyelesaikan pertandingan
Serasa sangat berat sisi yang ini
Ingin lebih cepat berlalu dan terlampaui
Namun tak selalu berjalan sesuai mauku

Ah .. harapanku...asaku
Janganlah berlalu dari jiwaku
Janganlah melalui batinku 
Tinggalah meski sesaat di hatiku..
Janganlah sesaat tapi menetap

Aku lelah dengan berat ini..
Aku ingin senang menanggungnya.
Namun terkadang beratnya meredupkanku
Kadang aku begitu lemah dan rapuh
Keberadaanmu di hatiku
Sungguh akan menguatkanku

Namun.. 
Terkadang kepergianmu pun tanpa kuasa ku tahan
Karena kau tak mau berada dalam jiwa yang lara..
Yah.. biarlah kutanggung sendiri dukaku..
Karena ku tahu ku tak sendiri sejatinya..

Meski seringkali batinku meredup
Namun kasih yang tersembunyi di atas sana
Melingkupiku menjaga cahayaku
Sehingga ku sanggup..
Bertahan dalam keredupanku ..
Seperti kupu-kupu yang tetap terbang dengan sayap yang terluka..
Itulah perjalananku kini

..

Lanjutan puisi Luka

..

Ditulis oleh

Ari Budiyanti




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline