Lihat ke Halaman Asli

Kontrol Media dan Upaya Memerangi Hoax & Kebencian

Diperbarui: 13 Februari 2019   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lawan Hoax - Dok: www.pictame.com

Hoax dan kebencian yang berkembang di media sosial ini memang mulai mengerikan. Tak jarang hoax dan kebencian tersebut bersifat provokatif, untuk mengajak melakukan sebuah tindakan intoleran. Dan kenyataannya, praktek persekusi sempat terjadi di tahun politik ini, hanya karena mendapatkan informasi yang salah alias hoax. 

Persoalannya adalah banyak orang sudah mulai menjadikan media sosial sebagai rujukan informasi. Rendahnya budaya literasi dan baca di masyarakat, juga membuat masyarakat mudah menganggap berita bohong tersebut menjadi sebuah kebenaran, hanya karena dikatakan oleh tokoh tertentu, atau karena didasarkan pada sebuah keyakinan, bukan sebuah fakta yang didapatkan dari cek dan ricek informasi.

Jika sebuah hoax dianggap sebagai sebuah kebenaran, inilah yang berbahaya. Untuk itulah diperlukan peran bersama dari para media mainstream, untuk berkomitmen dalam memerangi penyebaran hoax dan kebencian ini. 

Karena media mainstream harus menjadi rujukan semua orang untuk mendapatkan informasi yang valid. Jika tidak, maka media sosial yang berisi berita bohong itulah yang akan menjadi rujukan. Namun persoalannya adalah, di tahun politik ini penyebaran hoax dan kebencian terus menguat. 

Sementara tidak sedikit dari para media mainstream juga ikut bertarung saling menebarkan kelemahan lawan, dan terkadang tidak mempertimbangkan narasumber yang kompeten. Hal ini terjadi karena para pemilik media juga merupakan petinggi partai. Akhirnya, produk jurnalistik yang dihasilkan pun cenderung bersifat politik ketika memasuki tahun politik.

Jika media sosial dipenuhi ujaran kebencian dan hoax dan media mainstream sibuk memainkan urusan politik, lalu dimana fungsi kontrol media? Memang tidak semua media mainstream sibuk memainkan urusan politik, dan hampir semua media mainstream masih berusaha untuk menjaga keberimbangan dan objektivitas sebuah berita. 

Hanya saja, jika tidak ada komitmen untuk saling mengawal, saling mengkritik dan mengingatkan, maka kita akan menjadi masyarakat yang apatis dan tidak peduli. Hoax dan kebencian hanya bisa dilawan jika semua elemen masyarakat bersatu, termasuk insan media.

Jangan biarkan masyarakat yang majemuk ini terkontaminasi hoax dan kebencian. Jangan biarkan kerukunan yang telah terjaga ini hancur, karena masyarakatnya saling menebar kebencian antar sesama. 

Sekali lagi, media mainstream mempunyai tantangan yang berat di era milenial ini. Media mainstream juga harus mampu beradaptasi dengan kemajuan jaman. Karena penyebaran hoax dan kebencian saat ini telah memanfaatkan media sosial untuk penyebarannya. 

Dan hal ini terbukti sangat efektif. Lihat saja yang terjadi selama ini. Orang bisa berangkat ke Suriah bergabung dengan kelompok ISIS, karena terkena bujuk rayu di media sosial. Orang bisa melakukan persekusi, hanya karena berbeda pilihan politik dan terprovokasi oleh hoax dan kebencian di medsos.

Untuk bisa menjadi pusat rujukan informasi, media mainstream memang harus terus menjaga kredibilitas dan objektivitasnya. Media mainstream harus bisa mengalahkan para pihak yang sengaja menebar kebohongan di dunia maya. Ingat, tahun politik adalah tahun bertarungnya berbagai kepentingan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline