Lihat ke Halaman Asli

Arai Jember

Katakan Dengan Tulisan Jika Tak Sanggup Berlisan

Merawat Taat Pasca Lebaran

Diperbarui: 15 Mei 2021   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: freepik.com

Kesedihan melekat bagi setiap insan yang berpisah dari Ramadhan. Betapa tidak, suasana yang begitu kondusif untuk mengokohkan ibadah berganti menjadi suasana normal sebagaimana sebelum Ramadhan. 

Bahkan, pada awal-awal Syawal, terkadang ada yang memaknai lebaran dengan hingar bingar yang terkesan berlebihan. Seolah selesai puasa, bebas kembali melakukan apa saja. Kembali pada rutinitas harian, yang bisa saja terasa jauh lagi dari nilai agama, khas karakter sekulerisme. 

Pasalnya, ketika Ramadhan berlalu, nuansa ibadah kembali masuk ke ruang personal, lantunan ayat penggugah iman tak lagi nyaring setiap sore menjelang Maghrib. Masjid kembali sepi selepas Isya. Dan masih banyak lagi kebiasaan yang rawan 'bersembunyi' selepas Ramadhan undur diri. 

Tentunya, bagi yang hatinya telah tertaut kelezatan ibadah yang dirintis selama Ramadhan, suasana 'biasa' bukan lagi menjadi zona nyaman. Ada keinginan kuat untuk terus bertahan pada capaian kebaikan yang telah teraih. Terawat kebiasaan taat pada Rabb-Nya, hingga bisa kembali lagi dinaikkan di Ramadhan berikutnya. 

Dan proses merawat ini yang luar biasa. Sebab saat Syawal tiba, suasana hari raya kadang membuat sebagaian terlena. Terbawa arus menghadirkan barang segala rupa. Mulai dari makanan, pakaian, kendaraan, dan sebagainya. 

Padahal sering terlintas wejangan bahwa hakikat idul fitri bukanlah sebatas apa-apa yang serba baru. Melainkan pada ketaatan yang bertambah, berhasil diampuni dosa, dan aman dari ancaman neraka. Sepenuhnya lahir menjadi manusia bertakwa, taat dan patuh padaNYA tanpa aneka alasan. Takwa sebagaimana yang diharapkan dari tujuan puasa itu sendiri. 

Maka, keberhasilan melampaui madrasah Ramadhan sangat baik bila membuahkan hasil yang serupa setelah lebaran. Yakni melaksanakan kebiasaan baik secara terus menerus, semata-mata karena-Nya. 

Sebab pada hakikatnya kewajiban taat pada semua yang Allah sampaikan dalam Alquran adalah perkara penting bagi keimanan seseorang. Yang pelaksanaannya harus dilaksanakan, baik itu selama Ramadhan ataupun di bulan selainnya. 

Sehingga meskipun Ramadhan berlalu, lebaran telah dilewati, namun aktifitas takwa tidak layak dihentikan. Sebab takwa inilah yang sejatinya akan mencerahkan jalan hidup Muslim. Tertunjuki pada jalan hidup sesuai petunjuk ilahi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline