Lihat ke Halaman Asli

Aqil Aziz

Suka makan buah

Cerpen | Terbalik

Diperbarui: 20 Mei 2018   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.languagetrainers.com

Tangannya cekatan, membolak-bolik ikan di penggorengan. Langkahnya gesit. Tidak bisa berhenti. Sebentar menyalakan Rice Cooker. Langsung mengambil sapu lantai. Membersihkan isi ruangan rumah. Lanjut ngepel. Setelah semua ini selesai, tugas selanjutnya adalah mencuci baju.

Mumpung anak masih tidur. Tugas ini harus selesai. Buburnya juga belum disiapkan. Mulai dari shubuh, menyiapkan sarapan, sampai anak tidur lagi. Selalu dia kerjakan aktivitas rutin tersebut.

"Pa, sebentar lagi, mama berangkat, tolong motornya disiapkan," pinta istrinya.

"Nanti kalau sudah siap buburnya, jangan lupa kompornya dimatikan. Colokan-colokan listrik yang sudah tidak dipakai lagi, dicabut. Mama hari ini, pulang telat. Karena ada kegiatan supervisi kantor. Jaga anak baik-baik ya," tambah istrinya meninggalkan rumah.

Dunia ini semakin tidak adil. Nasib Pak Tomo, tak kunjung berubah. Untuk bertahan hidup, ia hanya mengadalkan dari pekerjaan istrinya. Sebenarnya sebagai seorang lelaki, aib baginya untuk meminta. Usaha ke sana kemari tak membuahkan hasil. Ternyata lulusan sarjana tak menjamin masa depan cerah. Kini, rizqi tetap seret.

Dia membandingkan dengan apa yang diperoleh istrinya. Tidak usah sekolah. Tak punya ijazah. Bermodal ayu. Sudah mendapatkan pekerjaan mapan. Dekat dengan bos lagi.

"Berapa lama kamu sudah seperti ini bro?" tanya temannya.

"Sudah hampir lima tahun."

"Wah hebat benar, ente memang juara. Saya akui hebat."

"Juara?, juara apaan?"

"Juara bertahan," tertawa cekikikan. Tertawa nyengir mencibir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline