Beberapa waktu lalu, potongan video dari Indra Frimawan muncul di TikTok. Kemudian karena pensaran, akhirnya cari ke YouTube untuk lebih jelas. Disitu Indra Frimawan ternyata berbicara tentang bagaimana cara pandang terhadap orang lain terutama soal hubungan berubah seiring bertambahnya usia.
Kalimatnya begini:
"Makin berumur, pikiran kita buat orang tuh lebih kompleks. Kalau dulu mungkin kita ngeliat cantik atau perhatian, tapi kalau sekarang kita mikir gimana kalau misalnya dia marah, dia marah tuh kondisinya gimana, kita bisa handle atau enggak kekurangan-kekurangan dia, bisa jadi kompromi gak buat gua."
Pernyataan Indra ini juga sejalan dengan pengamatan IDN Times yang menyebutkan, "dulunya mungkin cari kriteria pasangan yang fisiknya disukai, setelah dewasa lebih ingin pasangan yang matang pribadi dan pemikirannya." (Sumber: IDN Times - "5 Kriteria Pasangan Berubah saat Dewasa, Pengaruh Pola Pikir")
Hal ini mengonfirmasi bahwa seiring bertambahnya usia, cara kita menilai dan memilih pasangan memang berevolusi menjadi lebih mendalam. Apa yang dulu terasa cukup, kini terasa terlalu sederhana.
Rasanya aku setuju dengan hal ini, meskipun pandangan ini bukan karena pengalaman pribadi dalam berpacaran, tapi dari banyak cerita dan masukan teman-teman yang lebih dulu terlibat dalam hubungan. Dari mereka, aku belajar melihat hubungan dengan cara yang lebih dewasa.
Dulu saat melihat seseorang, hal-hal yang jadi perhatian terasa lebih simpel. Mungkin karena dia tampan, gaya bicaranya tenang, atau caranya presentasi bikin kagum. Ada rasa nyaman yang muncul hanya dari satu sisi yang baik. Tapi lama-lama mulai sadar, satu sisi baik belum tentu mencerminkan semuanya.
Sekarang, ketika mengenal seseorang secara umum, pikiran terasa lebih kompleks. Tidak berhenti di "nyaman gak ya?" tapi lanjut ke "kalau dia marah, aku sanggup gak ya menghadapi dia?" atau "bisa gak saling memahami saat salah satu sedang di titik terendah?"
Aku pernah juga ada di fase yang berpikir bahwa kebaikan luar sudah cukup sebagai patokan. Tapi seiring waktu, rasanya tidak sesederhana itu lagi. Bukan karena jadi sinis, tapi karena mulai sadar: memilih pasangan bukan cuma soal jatuh hati, tapi juga kesiapan untuk hidup bersama.
Lambat laun, ada beberapa hal yang berubah dalam cara pandangku: