Lihat ke Halaman Asli

Andre Satria

Pejuang Bidang Sosial - Penggemar Sepakbola Arsenal FC - Garuda di Dadaku

Covid-19, Saatnya Melirik Instrumen Investasi Hijau?

Diperbarui: 7 Agustus 2020   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo meresmikan PLTB Sidrap di Sulawesi Selatan pada tanggal 2 Juli 2018 (ekonomi.kompas.com)

Dibalik pandemi Covid-19, manusia banyak belajar tidak hanya tentang kesehatan, melainkan juga kenyataan bahwa ternyata alam kembali sehat sejak manusia memberhentikan seluruh aktivitas ekonominya. Netizen seluruh dunia melaporkan bahwa langit saat pandemi Covid-19 tampak lebih biru. 

Laporan yang paling disambut dengan decak kagum datang dari Italia di mana tempat wisata kanal Venice yang termasyhur di dunia terlaporkan lebih bersih dari biasanya.

Pada tanggal 25 Juni 2020, National Aeronautics and Space Administration (NASA), salah satu lembaga pemerintah Amerika Serikat, mempublikasikan bahwa sejak April 2020 mereka telah membangun kerjasama dengan European Space Agency (ESA) dan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) untuk mengamati bersama bumi melalui data satelit dan dukumen-dokumen yang ada tentang bumi terkait akibat pandemi Covid-19 pada perubahan lingkungan hidup antara lain kualitas air dan udara, perubahan iklim, aktivitas ekonomi, dan pertanian serta dampaknya pada masyarakat.

Hasilnya, perubahan kualitas udara menjadi lebih baik memang menjadi satu hal yang paling terasa oleh manusia. NASA dan ESA mengukur kualitas udara melalui konsentrasi nitrogen dioxide (NO2) sebagai selama ini dikenal sebagai salah satu sumber pencemaran udara. 

Sebagaimana diketahui, nitrogen dioxide merupakan polutan udara beracun yang dihasilkan dari mesin pembakaran minyak dan batu bara seperti kendaraan bermotor, pembakaran generator, kompor gas, dan banyak lainnya. 

Dampak senyawa kimia dengan rumus NO2 ini memicu hujam asam, mengancam kesehatan pernafasan manusia, dan mendorong terbentuknya lapisan ozon.

Pengukuran mempergunakan data satelit beserta data historis untuk perbandingan pada regional yang ditargetkan di mana didalamnya termasuk kota-kota besar juga seperti Los Angeles, Tokyo, Beijing, Paris dan Madrid. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan drastis konsentrasi NO2 di seluruh area. Hal ini menegaskan mengapa netizen seluruh dunia melihat langit lebih biru.

Sayangnya, alam yang sehat justru mengancam kesejahteraan manusia. Setidaknya ditandai dengan merangkaknya angka pengangguran dan ancaman resesi ekonomi, termasuk Indonesia. 

Di sisi alam pun, jika Covid-19 berlalu karena manusia dengan akalnya berhasil menciptakan berbagai cara untuk mengantisipasinya, masalah tentang alam belum tentu selesai.

Kim DeRidder, Regional Director untuk Program Lingkungan The Asia Foundation, mengulas tentang relasi Covid-19 dan Perubahan Iklim serta apa yang dapat dipelajari yang ia publikasikan pada website The Asia Foundation. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline