Di tengah hiruk-pikuk dunia yang terus bergerak cepat, kita sering terjebak dalam rutinitas yang membuat kita lupa akan hal paling sederhana dan paling berharga: kehadiran. Bangun pagi, bergegas bekerja, pulang sudah larut, dan kembali ke aktivitas yang sama esok hari. Di balik niat baik "Aku bekerja demi anakku," terkadang kita tidak sadar bahwa anak-anak kita sedang merindukan sesuatu yang tidak bisa digantikan oleh barang apapun.
Di saat anak-anak kita sudah tidak lagi meminta mainan baru yang kita belikan dengan susah payah, itu sebenarnya adalah tanda hati mereka yang mulai sepi. Mereka tidak menuntut mainan, karena yang mereka butuhkan bukan benda, melainkan waktu dan perhatian tulus dari kita sebagai orang tua.
Anak adalah makhluk yang sangat jujur. Mereka tidak bisa menyembunyikan perasaan mereka, terutama saat merasakan kesepian. Tertawa mereka adalah ungkapan kebahagiaan yang murni, dan kesedihan mereka adalah jeritan yang seolah terbungkam. Ketika mereka mulai diam, itu bisa jadi tanda bahwa ada ruang kosong di hati yang sepi.
Seringkali kita sebagai orang tua merasa sudah cukup memberikan yang terbaik dengan membeli mainan, gadget, atau fasilitas pendidikan yang mahal. Namun, kebahagiaan sejati seorang anak bukanlah soal benda yang dimiliki, melainkan soal siapa yang mau hadir dan mendengarkan mereka dengan sepenuh hati. Anak tidak akan mengingat harga mainan yang mahal, tapi mereka akan selalu mengingat momen ketika kita duduk bersamanya, bercengkrama dan berbagi cerita.
Lambat laun, kita mulai menyadari bahwa anak-anak lebih menginginkan momen berharga yang penuh kehangatan. Mereka rela menunggu hanya untuk sepuluh menit waktu kita yang sepenuh hati, ketimbang berjam-jam bermain sendiri dengan boneka elektronik atau layar gadget. Satu pelukan hangat dari kita dapat menenangkan tangisnya jauh lebih efektif daripada ribuan kata nasehat. Satu obrolan santai sebelum tidur bisa memberikan rasa aman dan cinta yang tak ternilai.
Hal yang sering terlupakan adalah bahwa waktu tidak pernah bisa diputar kembali. Masa kecil anak hanya datang sekali. Ketika mereka masih kecil, mereka sangat membutuhkan kita. Tapi ketika mereka dewasa, kita yang justru akan merindukan momen-momen itu dengan penuh penyesalan jika tidak kita manfaatkan dengan baik.
Seringkali suara anak yang terus bertanya dianggap rewel oleh orang tua yang sibuk. Padahal, suara itu adalah bentuk dari keinginan mereka untuk dekat dan merasa dicintai. Mereka bukan manja, tapi sedang meminta untuk dirangkul dan diperhatikan.
Anak-anak tidak menginginkan orang tua yang sempurna. Mereka hanya ingin orang tua yang benar-benar hadir, hadir secara utuh dengan pikiran dan hati yang fokus, bukan sekadar secara fisik tapi pikiran melayang pada urusan lain. Mereka bisa merasakan dengan jelas kapan kita sedang benar-benar mendengarkan, dan kapan mereka hanya menjadi "pengisi waktu" sambil orang tua sibuk dengan dunia lain.
Jika hari ini anakmu diam dan tidak meminta apa-apa, jangan pernah merasa itu sebuah kemenangan. Mungkin mereka sudah mulai belajar untuk tidak berharap, atau bahkan sudah mulai mengalihkan perhatiannya ke layar gadget yang menjadi pelarian dari kesepian. Jangan sampai kita terlambat menyadari bahwa yang mereka butuhkan bukan hanya hiburan digital, melainkan kehadiran nyata kita.
Jangan menunggu anak dewasa lalu mereka berkata:
"Dulu aku hanya ingin duduk di samping Ayah sebentar saja."
Atau,
"Aku tidak butuh mainan mahal itu, Bu. Aku cuma ingin ditemani."
Ini adalah saatnya kita melambatkan langkah, menurunkan segala kesibukan, dan memandang ke mata anak kita. Peluk mereka erat-erat, dengarkan cerita sederhana mereka, sebab di balik senyum kecil itu tersimpan dunia yang menunggu untuk kita hadir sepenuhnya.