Lihat ke Halaman Asli

andika muhammad nuur

direktur krapyak peduli sampah

Andika Muhammad Nuur Jadi Narasumber dalam Acara "Studi Tiru Pengelolaan Sampah untuk Pesantren se-DIY" di Hotel Flory

Diperbarui: 4 Oktober 2025   08:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Acara Studi Tiru (Sumber:intagram/krapyakpeduliampah)

Pada tanggal 18 Februari 2025, Andika Muhammad Nuur, Direktur Krapyak Peduli Sampah (KPS), diundang sebagai narasumber utama dalam acara "Studi Tiru Pengelolaan Sampah untuk Pesantren di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta" yang diselenggarakan di Hotel Flory, Sleman. Acara ini diikuti oleh perwakilan pesantren dari berbagai kabupaten di DIY, serta sejumlah pegiat lingkungan dan perwakilan dari instansi terkait yang peduli pada isu pengelolaan sampah di lingkungan pendidikan keagamaan.

Dalam forum tersebut, Andika Muhammad Nuur berbagi pengalaman panjang Krapyak Peduli Sampah dalam membangun sistem pengelolaan sampah mandiri di Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum. Ia memaparkan bagaimana pesantren yang dulunya memproduksi sekitar dua ton sampah per hari kini hanya menyisakan sekitar seratus kilogram saja melalui pendekatan berbasis nilai agama, disiplin harian, dan manajemen yang rapi.

"Pengelolaan sampah di pesantren bukan hanya urusan teknis, tapi juga urusan nilai. Kami memulai dari kesadaran bahwa kebersihan adalah bagian dari iman. Kalau kita tidak bisa membersihkan, jangan malah mengotori," ujar Andika, mengutip pesan KH Ali Maksum yang menjadi landasan gerakan KPS: "Nek ora iso ngresiki, ojo ngregeti."

Dalam paparannya, Andika menjelaskan prinsip utama KPS yang dikenal dengan motto "Sampah Hari Ini, Selesai Hari Ini." Prinsip ini menekankan pentingnya menyelesaikan persoalan sampah di sumbernya, bukan menimbun atau menunggu pengangkutan dari luar. KPS membangun sistem pemilahan yang ketat di hulu---antara sampah organik, anorganik, dan residu---dan memastikan semua jenis sampah dikelola dengan bijak di lingkungan pondok.

Selain pemaparan teknis, Andika juga menyoroti pentingnya pendidikan lingkungan di pesantren. Ia menegaskan bahwa santri perlu dilatih untuk menjadi pelaku perubahan yang sadar akan tanggung jawab ekologisnya. "Santri bukan hanya belajar kitab, tapi juga belajar bagaimana menjaga bumi. Mengolah sampah itu bagian dari ibadah sosial, dari amal jariyah kita terhadap alam," tegasnya.

Dokumentasi Acara Studi Tiru (Sumber:intagram/krapyakpeduliampah)

Para peserta studi tiru terlihat sangat antusias. Banyak yang mengajukan pertanyaan tentang cara membangun kesadaran kolektif di kalangan santri, strategi pengelolaan di dapur pesantren, hingga cara menjalin kerja sama dengan pihak luar. Andika menjawab satu per satu dengan lugas, sambil memberikan contoh nyata dari praktik di lapangan.

Acara ini menjadi momentum penting bagi pesantren-pesantren di DIY untuk belajar langsung dari pengalaman sukses Krapyak Peduli Sampah. Beberapa pesantren bahkan menyampaikan niat untuk melakukan kunjungan langsung ke KPS agar dapat meniru sistem yang telah berjalan baik di sana.

Menutup acara, panitia memberikan apresiasi kepada Andika Muhammad Nuur atas kontribusinya dalam menyebarkan semangat pesantren hijau di Yogyakarta. "KPS bukan hanya mengelola sampah, tapi juga mengelola kesadaran," ujar salah satu peserta dengan kagum.

Dengan hadirnya tokoh muda seperti Andika Muhammad Nuur, Krapyak Peduli Sampah terus menjadi inspirasi bahwa gerakan kebersihan dan cinta lingkungan bisa tumbuh dari ruang pesantren --- dari santri untuk bumi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline