Lihat ke Halaman Asli

ANDI FIRMANSYAH

Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Perang Kognitif

Diperbarui: 31 Oktober 2023   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berbagai negara menghadapi berbagai tantangan dalam berbagai konflik yang muncul. Konflik ini bisa muncul dari pengenalan teknologi-teknologi baru dan disruptif.

Luar angkasa dan dunia maya, misalnya, muncul dari perkembangan teknologi roket, satelit, komputasi, telekomunikasi, dan internet.  Semakin meluasnya penggunaan media sosial, jejaring sosial, pesan sosial dan teknologi perangkat seluler, kini memungkinkan terjadinya ranah baru: perang kognitif.

Perang kognitif berarti menyasar kognisi masyarakat umum dan elit suatu masyarakat dengan mengubah norma, nilai, keyakinan, sikap dan perilaku melalui manipulasi persepsi masyarakat.

Jenis perang ini merupakan bentuk perang psikologis yang lebih berkembang, maju, lebih dalam dan lebih luas yang didasarkan pada masyarakat yang berjejaring dengan infrastruktur media modern dan dilakukan dengan mengelola persepsi dan kesan.

Dalam perang kognitif, pengetahuan masyarakat tentang peristiwa di sekitar mereka menjadi sasaran. Sementara itu, bagian paling berbahaya dari perang ini adalah korban manusia yang selain hilangnya tenaga juga dapat menyebabkan seseorang terabaikan dari semua informasi dan sumber daya kognitifnya.  

Oleh karena itu, cara yang tepat untuk melawan serangan musuh dalam perang kognitif adalah dengan meningkatkan tingkat informasi dan keyakinan publik secara luas.

Dalam perang kognitif, pikiran manusia menjadi medan perang dan tujuannya adalah untuk mengubah tidak hanya apa yang dipikirkan orang namun juga cara mereka berpikir dan bertindak.

Tujuan perang kognitif bisa saja terbatas dalam jangka waktu yang pendek atau bisa juga bersifat strategis dengan kampanye yang digaungkan selama beberapa dekade.  

Sebuah kampanye tunggal dapat berfokus pada tujuan terbatas yaitu mencegah keputusan militer atau memaksa perubahan kebijakan publik tertentu.

 Perang kognitif mengintegrasikan kemampuan cyber, informasi, psikologis, dan rekayasa sosial untuk mencapai tujuannya. Perang kognitif juga memanfaatkan internet dan media sosial untuk menargetkan individu-individu berpengaruh, kelompok tertentu, dan sejumlah besar warga negara secara selektif dan berurutan dalam suatu masyarakat.

 Hal ini bertujuan untuk menabur keraguan, memperkenalkan narasi yang bertentangan, mempolarisasikan opini, meradikalisasi kelompok dan memotivasi mereka untuk melakukan tindakan yang dapat mengganggu atau memecah-belah masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline