Lihat ke Halaman Asli

Andi Bintang

Praktisi Logistik

Belajar Supply Chain dari Warung Kopi

Diperbarui: 25 September 2025   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Supply Chain tidak harus gudang raksasa di warung kopi kita bisa belajar prinsipnya. (Sumber: Free generator image AI)

Kalau mendengar istilah supply chain management, banyak orang langsung terbayang gudang raksasa, sistem komputer canggih, hingga kontainer di pelabuhan. Padahal, prinsip supply chain bisa kita temukan di tempat yang sederhana—misalnya di sebuah warung kopi.

Sebagai praktisi logistik, saya sering melihat bahwa yang rumit di atas kertas sebenarnya bisa dijelaskan dengan contoh kecil di sekitar kita. Mari kita belajar supply chain lewat cara warung kopi bekerja.

1. Supplier: Pemasok Kopi dan Pemasok Gula

Setiap warung kopi punya rantai pasok. Ada supplier tangan pertama atau distributor yang memasok biji kopi, pemasok gula, hingga penjual susu sachet. Jika salah satu pemasok telat, pemilik warung bisa kewalahan melayani pembeli.

Prinsipnya sama seperti perusahaan besar: tanpa supplier yang konsisten, rantai supply akan terganggu.

2. Inventory: Stok Kopi dan Gorengan

Warung kopi harus pintar mengelola stok. Terlalu banyak stok gorengan → basi. Terlalu sedikit → pelanggan kecewa.

Inilah seni inventory: menyeimbangkan antara biaya simpan dan kepuasan pelanggan. Persis dengan yang dilakukan perusahaan logistik modern.

3. Distribution: Dari Dapur ke Meja

Distribution di warung kopi sangat cepat. Pesanan dibuat, disajikan, langsung ke meja pelanggan. Jika pesanan terlambat, pelanggan bisa pindah ke warung sebelah.

Inilah cerminan last mile delivery: kecepatan menentukan loyalitas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline