Lihat ke Halaman Asli

Anastasya Salma A

Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Jember

Menggugat Dominasi Dolar: QRIS, Bitcoin, dan Sistem Moneter Global

Diperbarui: 2 Mei 2025   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dari hegemoni dolar Amerika Serikat yang mengakar sejak akhir Perang Dunia II, hingga lahirnya mata uang digital seperti Bitcoin yang menggugat otoritas sistem keuangan konvensional. Dalam situasi ini, negara-negara berkembang seperti Indonesia berupaya menemukan peluang, menguatkan kedaulatan moneter melalui inovasi seperti QRIS dan kerja sama dalam Local Currency Settlement (LCS).


Apakah ini menandakan adanya perubahan pada sistem moneter internasional? Bagaimana Indonesia mengambil langkah untuk menangani ketidakadilan dalam sistem ini?

Sistem Moneter Internasional: Dasar dan Dinamika

Sistem moneter internasional adalah struktur yang mengatur cara negara-negara bertukar mata uang dan menyelaraskan aliran modal serta perdagangan global. Ini mencakup berbagai mekanisme seperti nilai tukar (fixed, floating, atau tertambat), kemampuan konversi mata uang, sampai intervensi pemerintah di pasar uang.

Dalam pelaksanaannya, sistem ini tidak terlepas dari pengaruh kekuatan tertentu. Dolar AS, yang berfungsi sebagai mata uang cadangan utama di dunia, memiliki dampak yang sangat besar terhadap ekonomi global. Namun, dominasi ini juga menimbulkan ketimpangan, khususnya bagi negara-negara berkembang yang rentan terhadap fluktuasi nilai tukar dan arus modal.

Floating vs Fixed: Stabilitas atau Pasrah pada Pasar?

Ada beberapa pendekatan yang digunakan negara dalam menentukan nilai tukar mata uangnya. Dalam sistem kurs mengambang bebas (pure floating), nilai tukar diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar, permintaan dan penawaran. Di sisi lain, dalam sistem kurs tetap, pemerintah aktif berpartisipasi untuk menjaga nilai mata uang pada tingkat tertentu.

Bank Indonesia sering melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah karena Indonesia menggunakan sistem kurs mengambang terkendali. Ini terbukti ketika BI masuk ke pasar valas untuk mencegah penurunan drastis nilai tukar akibat ketidakpastian global.

Meskipun demikian, intervensi ini memiliki keterbatasan. Ditambah lagi ketika kita berbicara tentang mata uang asing yang dominan, seperti dolar. Fundamental ekonomi Indonesia dan sentimen global yang menjadikan dolar sebagai "tempat aman" berkontribusi pada nilai tukar rupiah.

QRIS dan LCS: Perlawanan Kecil dengan Dampak Besar

Indonesia mulai mengambil tindakan strategis dalam beberapa tahun terakhir untuk mengurangi ketergantungannya pada dolar dalam transaksi internasional. Penerbitan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), sebuah inovasi domestik, mempermudah transaksi digital lintas platform, bahkan di antara negara-negara Asia Tenggara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline