Pernah nggak mengalami gagal berpikir? Ketika kamu lagi nggak menapaki hilal otak yang sedang ramai dan on-duty dalam arti sistem neuron kita lagi kondusif, kadang nggak ada yang bisa kita salahkan selain diri sendiri. Ini artinya otak kita butuh asupan, bukan? Namun yang terjadi malah otak mogok malah berangsur menjalar ke akar aktivitas kita yang semakin hari jadi pribadi malas.
Jelas ini semua perlu diperbaiki; perlu lagi overview yang mendalam dari penyebab otak mogok kita dan komitmen mengantarkan kita berusaha agar bagaimana semua tidak mengalami keruntuhan. Pada dasarnya manusia bertumpu pada otak dan akal mereka. 'Kerja pakai otak jangan pakai otot.', mungkin itu yang bisa disampaikan ke aparat negara dan seluruh masyarakat Indonesia terutama saya.
Sebenarnya ucapan tadi ada benar dan salahnya. Kerja pakai otak diharuskan daripada saling adu jotos, tapi otak manusia juga termasuk organ yang perlu dijaga, diasah, dan di-treatment secara benar. Jelas kalau otak manusia nggak dirawat yang ada malah berakhir dengan kekuatan otot.
Kalau otak saya sedang nge-lack, saya kadang berpikir apakah saya sedang punya beban hidup? Saya pikir-pikir lagi jika ada beban pribadi yang teronggok di benak saya, tapi ternyata nihil. Bukannya saya ingin dipercaya jika saya lagi nggak ada beban, namun saya berpikir jika ada lebih banyak manusia di luar sana yang punya beban lebih besar daripada yang saya rasakan.
Lha, beban hidup saya ringan tapi kok otaknya nge-lack? Lalu, gimana sama teman-teman semua? Nggak salah menerawang dari banyak orang di luar yang mungkin sedang mikirin beban biaya nyicil rumah, mobil atau mikirin biaya pendidikan anak tercinta; saya sadar jika adu jotos memang jalan keluar yang kalau diindahkan, akan terjadi. Sudah seperti ajang tinju internasional saja, ya mungkin kalau menang dapet duit. Semacam turnamen lain selain adu jotos juga bisa, untuk meredam beban ini.
Kadang kalanya manusia hanya perlu jeda yang bisa menyembuhkan diri dari segala beban dan rintangan. Saya akui semua teman-teman kompasianer di sini sungguh visioner otaknya, pintar-pintar karena mampu menulis blog yang bagus bahkan bernilai, namun kalian semua juga butuh rehat sejenak dari tuntutan hidup ini.
Sayangnya rehat digadangkan sebagai harga mati. Senin-Jum'at kita kerja, sekolah; Sabtu-Minggu kita membabu di rumah. Syukur kita diberi waktu tidur malam berjam-jam, yang bisa mereset semua energi, tenaga dan otak jadi full kapasitas lagi. Itulah yang saya rasakan dulu saat hidup sedang study-life-balance, nah karena sekarang saya pengangguran di rumah saya menganut hidup pengacara-life-balance yaitu pengangguran banyak tingkah yang hidupnya kadang seimbang.
Sehari saya suka kerja nulis di tempat sana-sini, secara sukarela terkadang nggak ada bayaran kadang ada bayaran masuk dari klien yang nggak menentu. Terkadang ingin nyembah pf freelancer untuk bisa dapat klien rutin tiap bulannya, tapi apa daya kompetisi semakin meningkat saja.
Apa benar saya bisa lebih meningkatkan taraf hidup dengan lebih serius lagi di dunia karir? Mungkin bisa saja dengan meningkatkan usaha dan belajar istiqomah di satu hal. Namun otak saya lagi nggak bisa diajak serius. Seperti burung yang terbang dari satu dahan ke dahan lain, saya susah untuk menobatkan saya serius di ranah tertentu. Tapi tak apalah, hidup banyak-banyak mencoba mungkin nanti dapat predikat my life my adventure ala saya sendiri.
Naik Level karena Standar Intelegensi Bagus dan Divalidasi
Setelah saya pikir kembali, ternyata, kesuksesan setiap manusia itu berdasarkan dari intelegensi dan keberuntungan. Salah satunya adalah standar kepintaran orang menentukan jalan hidup mereka, semakin mereka cakap atau punya wawasan luas semakin mereka nggak merasa tersesat dan mampu menjadi yang terdepan.