Lenong Betawi adalah seni pertunjukan teater tradisional khas masyarakat Betawi yang disajikan dalam bentuk drama komedi. Pertunjukan ini menggunakan bahasa Betawi dan sering diselingi dengan pantun, nyanyian, serta dialog spontan yang menghibur. Lenong biasanya mengangkat cerita tentang kehidupan sehari-hari, kritik sosial, hingga kisah pahlawan, dan diiringi musik tradisional seperti gambang kromong. Sebagai bagian dari budaya Betawi, lenong berfungsi sebagai media hiburan sekaligus pelestarian nilai-nilai lokal dan identitas budaya masyarakat Jakarta.
Sejarah budaya Betawi tak bisa dilepaskan dari bahasa yang digunakan masyarakatnya. Salah satu bentuk warisan budaya yang merepresentasikan bahasa dan nilai sosial masyarakat Betawi adalah pertunjukan Lenong. Namun, seiring perkembangan zaman, bentuk ekspresi budaya ini mulai berpindah ke media sosial. Tulisan ini menelusuri bagaimana transformasi tersebut terjadi, dan bagaimana bahasa Betawi tetap hidup dalam ruang digital saat ini.
Betawi bukan cuma soal ondel-ondel, kerak telor, atau bajaj. Tapi juga soal bahasa dan gaya bicara yang khas banget, yang jadi identitas kuat masyarakatnya. Bahasa Betawi, dengan logatnya yang ceplas-ceplos, jujur, tapi tetap lucu dan bersahabat, adalah bagian tak terpisahkan dari budaya Betawi itu sendiri.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/File:Kerak_telor_Betawi.jpg
Dulu, kalau kita ngomongin budaya Betawi, pasti gak jauh-jauh dari Lenong salah satu kesenian tradisional Betawi yang menggabungkan drama, lawakan, dan kritik sosial. Dalam Lenong, bahasa yang dipakai bukan Bahasa Indonesia baku. Tapi... bahasa campuran yang penuh rasa: ada Melayu-nya, ada logat khas Betawi-nya. Bahasa dalam Lenong itu luwes, hidup, dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Tapi zaman berubah. Sekarang, banyak anak muda Betawi yang gak lagi nonton Lenong, bahkan gak banyak juga yang bisa ngomong pakai gaya Betawi asli. Nah, di sinilah peran Bahasa Indonesia jadi penting. Bahasa Indonesia jadi jembatan antara generasi muda dan akar budayanya sendiri. Lewat Bahasa Indonesia, cerita-cerita Betawi bisa ditulis, disebarkan, dan dipahami lebih luas gak cuma oleh orang Betawi, tapi juga orang dari luar Jakarta.
Lucunya, meskipun bahasa Betawi tergerus zaman, kita masih bisa nemuin sisa-sisanya di media sosial. Banyak banget konten lucu di TikTok atau Instagram yang pakai gaya ngomong Betawi. Misalnya, kata-kata kayak “begajulan”, “ngibrit”, “ente-ane”, atau “beneran kagak tuh?”. Bahasa itu mungkin gak dianggap formal, tapi justru di situ daya tariknya.
Artinya apa? Budaya Betawi gak sepenuhnya hilang. Ia cuma pindah tempat dari panggung Lenong ke layar ponsel. Dan Bahasa Indonesia jadi alat bantu yang penting banget buat narik perhatian generasi muda sambil tetap ngenalin unsur-unsur lokalnya. Jadi, kalau kita jeli, budaya itu gak pernah benar-benar punah. Ia cuma menyesuaikan diri. Dan lewat bahasa,baik itu Bahasa Indonesia maupun gaya khas Betawi ,kita bisa terus melacak, merawat, dan menyebarkan budaya itu ke mana-mana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI