Lihat ke Halaman Asli

Hukum Relativitas Ternyata Tak Menembus Hati Kita

Diperbarui: 15 Januari 2016   11:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada banyak hal yang belum ternamai di dunia ini
Yang membuat saya bertanya
Mungkinkah penciptaan Tuhan akan alam semesta yang belum selesai,
Atau sebab keterbatasan nalar manusia yang tak akan sampai pada penalaran "tingkat dewa"
Seperti karsa dan rasa
Yang sebagiannya belum diterjemahkan menjadi sebuah kata
Barangkali bahasa terlalu terbatas untuk dipakai sebagai wacana yang dipahami manusia
Sepahamlah saya dengan filsafat Einstein kali ini
Bahwasannya alam semesta adalah bahasa itu sendiri

Ada nama yang senyumnya terbayang di setiap kata yang saya baca
Nama itu selalu eksis dalam ruang waktu yang berbeda
Tapi dengan rasa cinta yang selalu sama

Cahaya yang membelokkan pandangan rupanya tak menembus hati kita
Hingga yang saya temukan, cinta saya selalu menjadi eksistensi yang stagnan
Melampaui kerelativitasan atas segala yang tak mungkin tak berubah

Yaa... ternyata cinta dan keimanan pada Tuhan
Adalah satu satunya eksistensi dalam dunia empat dimensi kita
Yang tak tersentuh oleh hukum pembelokan cahaya
Yang dengan dahsyatnya membelokkan cara pandang kita akan ruang dan waktu yang selalu berubah

Kita seperti sebuah materi yang saling menemukan di ruang hampa
Dipertemukan oleh jutaan peluang
Yang ternyata...materi kita saling menarik dan tak bisa menolak untuk didekatkan

Terimalah takdir pertemuan kita
Biar saja kita hancur kembali menjadi tanah
Tapi perasaan kita
Biar lah menjadi partikel misteri yang diteruskan oleh kepanjangan kepanjangan cahaya yang tak pernah putus
Tak ada ujung
Seperti ia yang menjadikan dunia terkesan tidak ada batas tidak ada ujung




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline