Lihat ke Halaman Asli

Alfiah Ziha

Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Jakarta

Cinderella dan Pengkhianatan

Diperbarui: 15 Oktober 2022   13:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Artikel ini ditulis sebagai pemenuhan tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia, Kelompok 4 mendapat tugas yaitu membuat akhir baru untuk dongeng-dongeng lama untuk sekedar lucu-lucuan maupun menjadikannya sebuah satir untuk menyindir hal-hal atau orang-orang tertentu.

Di sebuah desa hiduplah seorang gadis bernama Cinderella yang tinggal bersama ibu dan saudari tirinya. Di sana ia diperlakukan layaknya pelayan. Setiap hari ia merasa tersiksa sehingga ia menginginkan kehidupan yang indah.

Suatu hari kerajaan mengadakan pesta dansa sekaligus sayembara dengan tujuan mendapatkan permaisuri untuk sang putra mahkota. Gadis-gadis desa sangat antusias untuk mengikuti pesta dansa tersebut, begitupun Cinderella. Namun, ibu dan saudari tirinya tidak mengizinkan Cinderella untuk mengikuti pesta tersebut. Cinderella merasa sedih karena ia pun ingin mengikuti pesta dansa seperti gadis-gadis lainnya.

Tepat pada hari pesta tersebut berlangsung, pada saat ibu dan saudari tirinya telah meninggalkan rumah Cinderella menangis di kamarnya. Tak lama munculah seorang ibu peri yang memberikan bantuan kepadanya agar ia dapat mengikuti pesta dansa, dengan sihir ajaibnya Cinderella diubah menjadi seorang gadis yang sangat cantik dengan gaun indah berwarna biru beserta sepatu kaca yang berkilau.

Diantarkannya Cinderella dengan kereta kuda buatan sang ibu peri. Sebelum berangkat, ibu peri berpesan "kembalilah kamu ketika mendengar bel berdenting di jam dua belas, karena sihir ini akan kembali ke keadaan semula".

Di pesta dansa Cinderella berdansa dengan sang putra mahkota, mereka terpukau satu sama lain. Hingga tak sadar Cinderella menginjak ujung gaunnya yang membuat ia terjatuh hingga terbentur pilar, dan Cinderella pun tidak sadarkan diri. Saat ia terbangun, semua orang menatapnya khawatir termasuk sang putra mahkota. Cinderella merasa pusing dan memegang dahinya untuk meredakan rasa pusingnya dan tak sengaja ia merasakan benjolan di kepalanya, ia sangat malu ditambah lagi semua atensi tamu tertuju kepadanya.

Ia pun bangun untuk bergegas pergi, saat ia terbangun bel bersamaan berbunyi yang artinya telah menandakan pukul dua belas. Cinderella bergegas keluar dari istana untuk segera pulang. Ketika ia berlari salah satu sepatunya terlepas, namun ia tetap berlari karena ingat akan pesan dari ibu peri. Ketika putra mahkota mencoba mengejar, ia menemukan sepatu kaca yang dikenakan oleh Cinderella.

Di keesokan harinya, putra mahkota mengerahkan prajuritnya untuk menemukan sang pemilik dari sepatu kaca ini. Saat sedang melakukan pencarian, salah satu prajuritnya dengan sengaja menyenggol bahu sang putra mahkota sehingga sepatu kaca yang berada di tangannya terlempar jatuh hingga pecah.

Sang putra mahkota marah terhadap prajurit tersebut karena sang pemilik sepatu ini belum ditemukan. Akhirnya sang putra mahkota menghentikan pencariannya, dan menggiring para prajurit untuk kembali ke istana untuk mengeksekusi prajurit yang bersalah itu. Setelah diinterogasi dan ditanya alasan prajurit itu melakukan hal tersebut, ternyata prajurit tersebut menyukai Cinderella sehingga ia menggagalkan misi sang putra mahkota untuk menemukan Cinderella. Karena merasa geram akhirnya prajurit tersebut dibunuh oleh sang putra mahkota karena ia merasa dikhianati.

Pesan moral : Kita tidak boleh berkhianat, ketika kita ingin mendapatkan sesuatu maka kita harus bersaing secara sehat untuk mendapatkannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline