Lihat ke Halaman Asli

Mudzakkir Abidin

Seorang guru yang suka menulis

Menantang Maut Demi Meresmikan Masjid Di Bohong Langi, Gunung Tertinggi di Bone

Diperbarui: 31 Januari 2025   05:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pribadi 

Notifikasi WA saya berbunyi. Syekh Ismail, donatur masjid adalah Arab Saudi mengirim pesan, memberi kabar kalau ia telah mendarat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar. 

Syekh Ismail adalah relasi kami. Keluarga besarnya membangun masjid lewat jasa kami. Salah satu kebiasaan orang-orang Arab Saudi adalah membangun masjid yang pahalanya dipersembahkan untuk keluarga yang telah wafat. 

Hari ini saya akan mengantarnya ke salah satu desa di kaki gunung Bohong Langi, puncak tertinggi di Bone, Sulawesi Selatan untuk meresmikan masjidnya.

"Syekh, tolong kencangkan seatbelt. Perjalanan kita menuju masjid cukup jauh. Dan akses jalan menuju ke masjid bahkan jauh lebih buruk daripada apa yang syekh bisa bayangkan, " Saya mewanti-wantinya sesaat setelah meninggalkan bandara. 

"Ista'anna billah. Masyaina (kita jalan). Semakin sulit, semakin besar pahalanya. Kami datang untuk meresmikan masjid ibu. Bukan tamasya, " Tegasnya. Seketika saya bersemangat. 

Dari desa Sawaru, kecamatan Camba, kami menempuh perjalanan ke atas sekitar 20 kilometer. 15 kilometer akses jalan milik kabupaten Maros, lima kilometer milik kabupaten Bone. 

Perjalanan kami melintasi hutan memakan waktu dua jam dari Camba. Akses jalannya lebih cocok dijadikan trek offroad. Sementara kami hanya naik mobil Avanza. Matic pula. 

Brak, bumper mobil menghantam onggokan batu besar di tengah jalan. Saya memegang setir dengan kuat. Beberapa kali seperti itu. Saat di pendakian, sesekali mobil dipaksa mundur untuk mengambil start lebih kuat. Saya dipaksa fokus dan bekerja keras jika tak mau berakhir dalam jurang. Satu kesyukuran sebab kami bukan datang pada musim hujan sebab jalannya pasti licin. 

"Benar kata kamu tadi. Akses jalan kita memang buruk, " Kata syekh tiba-tiba saat mobil mundur di tanjakan. Ia menghela nafas. Tapi sorot matanya tenang. 

Percakapan kami sepanjang jalan sedikit menyerempet soal perhatian pemerintah pada fasilitas jalan. Entah mengapa, mayoritas akses jalan daerah pegunungan di Indonesia memang sering diabaikan oleh pemerintah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline