Perkembangan sebuah kota sering mengikis jejak masa lalu. Peristiwa penting pelan-pelan lenyap, tertutup bangunan baru.
Bandung mengalaminya. Salah satu contohnya adalah hilangnya sebuah kampung yang dulu ramai: Kampung Javaveem.
Di tempat itulah Inggit Garnasih dan Sukarno menikah. Kini jejak kampung itu sudah tak terlihat.
Tiga tahun lalu, muncul kabar yang bikin heboh. Beredar informasi soal surat nikah dan surat cerai milik Inggit dan Sukarno yang hendak dijual (tirto.id, 2023).
Publik langsung bereaksi. Banyak yang menyayangkan dan mendesak pemerintah merawat dokumen-dokumen semacam ini. Alasannya sederhana, nilainya sangat penting.
Ceritanya bermula di Bandung. Saat itu Sukarno masih mahasiswa dan menumpang di rumah Inggit.
Di sana hubungan mereka tumbuh. Keduanya saling jatuh hati, meski masing-masing sudah punya pasangan.
Akhirnya Sukarno dan Inggit menikah pada 1923 (goodnewsfromindonesia.id, 2018). Akad berlangsung di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, persis di antara gudang Javaveem dan tepi Sungai Ci Kapundung.
Javaveem sendiri adalah perusahaan ekspedisi besar yang berdiri pada 1896. Mereka punya gudang di Jalan Braga, lokasinya dekat rel kereta.
Dulu gudang-gudang ini memegang peran besar. Gudang Javaveem termasuk yang paling besar di Bandung (Us Tiara, 2011).
Ada gudang kopi di Kebon Jati, gudang sayur di Oto Iskandar Dinata, dan gudang garam di seberangnya. Semuanya dibangun dekat rel kereta.