Memahami empati itu ternyata cukup rumit. Konsep ini tidak sesederhana hitam putih.
Orang sering menganggapnya ada dua jenis. Ada empati tulus dan empati palsu.
Kenyataannya jauh lebih berwarna juga berlapis. Kita perlu sadar untuk bisa memahaminya.
Tidak semua kepedulian berasal dari emosi. Sumbernya bisa saja sangat berbeda-beda.
Ada banyak lapisan di antara keduanya. Lapisan itu membentuk spektrum respons manusia. Respons itu terhadap perasaan orang lain.
Empati tidak selalu muncul secara alami. Empati bisa jadi sebuah keterampilan sosial.
Keterampilan ini bisa dipelajari dan dikembangkan (Central Test, 2023).
Kita belajar agar diterima lingkungan sosial. Kita melakukannya untuk menjaga harmoni bersama. Kita juga ingin terus membangun koneksi.
Manajer harus tampil ramah di kantor. Ia juga harus selalu bersikap pengertian.
Di sebuah acara duka yang sedih. Kita secara refleks mengucapkan belasungkawa.
Apakah kita ikut merasakan sedih mendalam? Jawabannya sebenarnya adalah belum tentu.